KABAR BESUKI – Kebiasaan bergosip tidak bisa lepas dari kehidupan. Baik ketika berkumpul, makan bersama atau sekadar bertemu, beberapa orang tetap melakukan gosip.
Gosip merupakan suatu aktifitas membicakan orang lain, yang tidak ada di tempat itu. Sebuah studi yang diterbitkan dalam jurnal Social Psychilogical and Personality Science menemukan bahwa seseorang dapat menghabiskan kurang lebih 52 menit perhari untuk bergosip.
Tetapi, gosip tidak melulu dikaitkan dengan hal yang buruk. Dilansir dari Stylist, menurut sebuah penelitian bergosip, sebenarnya bisa menjadi hal yang baik.
Sekelompok peneliti Stanford Universty mempelajari hasil perilaku bergosip dalam konteks kelompok dan ternyata bergosip sebenarnya bisa menjadi alat yang positif.
Ketika digunakan secara efektif, aktifitas ini dapat membasmi penindasan, melindungi orang baik yang tertindas dan mendorong kerja sama kelompok.
Berbicara dalam Ilmu Psikologi, peneliti utama Matthew Feinberg mengatakan,“Grup yang memungkinkan anggotanya untuk bergosip mempertahankan kerja sama dan mencegah keegoisan lebih baik daripada yang tidak bergosip”.
“Dan kelompok menjadi lebih baik jika mereka dapat bergosip dan mengucilkan anggota yang tidak dapat dipercaya. Meskipun kedua perilaku ini dapat disalahgunakan, temuan kami menunjukkan bahwa keduanya juga memiliki fungsi yang sangat penting bagi kelompok dan masyarakat,”lanjut Matthew.
Sementara itu, University of Pavia melakukan beberapa penelitian tentang efek bergosip, hanya pada wanita, dan mereka menemukan bahwa mengobrol dengan teman dan rekan kerja menyebabkan otak melepaskan biokimia yang dikenal sebagai oksitosin.
Dr Natasha Brondino, yang memimpin penelitian tersebut, menjelaskan bahwa oksitosin membantu mendekatkan orang, karena oksitosin menimbulkan perasaan percaya, persahabatan, cinta, dan kemurahan hati.
Oksitosin otak juga tampaknya mengurangi respons stres, termasuk kecemasan, dan penelitian yang diterbitkan dalam Psikofarmakologi telah menemukan bahwa oksitosin intranasal meningkatkan persepsi diri dalam situasi sosial dan meningkatkan ciri-ciri kepribadian seperti kehangatan, kepercayaan, altruisme, dan keterbukaan.
Namun, yang mungkin lebih menarik dari semuanya adalah fakta bahwa dampak positif dari bergosip tidak berubah bergantung pada kepribadian orang tersebut.
“Karakteristik psikologis seperti Empati, sifat autis, perasaan stres, iri hati, tidak mempengaruhi peningkatan oksitosin pada kondisi gosip, ”kata Brondino.***