"Namun ternyata tidak demikian. Temuan kami akan diperlukan untuk melakukan penelitian pada selaput jaringan otak," kata Loeb.
Para dokter dan ilmuwan sebenarnya menggunakan jaringan otak yang sudah mati untuk meneliti beberapa penyakit gangguan otak seperti autisme, Alzheimer, dan skizofrenia untuk mencari pengobatan terhadap penyakit tersebut.
Hal itu dilakukan karena otak orang yang masih hidup akan sangat berbahaya dan beresiko tinggi untuk dibedah dan diteliti. Selain itu, model hewan juga tidak bisa digunakan oleh manusia karena banyaknya perbedaan.
Penelitian semacam ini biasanya dilakukan sekitar 12 jam lebih setelah kematian.
"Kabar baik dari temuan ini adalah bahwa kami sekarang tahu gen dan jenis sel mana yang stabil, mana yang terdegradasi, dan mana yang meningkat seiring waktu. Sehingga untuk kedepannya, hasil studi postmortem akan lebih dapat dipahami," kata Loeb.
Sehingga secara tidak langsung hal ini membuktikan bahkan ketika dalam keadaan mati, entitas biologis dalam tubuh tidak sepenuhnya statis atau tidak aktif.***