KABAR BESUKI - Herpes zoster atau cacar ular (cacar api) adalah penyakit yang ditandai dengan timbulnya bintil kulit berisi air pada salah satu sisi tubuh dan terasa nyeri. Penyakit ini disebabkan oleh infeksi virus Varicella Zoster, yang juga menjadi penyebab cacar air.
Gejala utama herpes zoster adalah timbulnya bintil berisi air pada kulit, dengan ciri-ciri sebagai berikut:
Baca Juga: Menatap Komputer yang Kurang Tepat dapat Menyebabkan Sindrom Penglihatan
- Bintil yang muncul seperti cacar air di salah satu sisi tubuh (kanan atau kiri).
- Bintil tersebut hanya setempat.
- Jaringan sekitar bintil menjadi bengkak.
- Bintil akan berkembang menjadi luka lepuh.
- Luka lepuh akan pecah dan menjadi luka berkerak, lalu menghilang secara perlahan.
- Bintil yang timbul di area mata dapat mengganggu penglihatan.
Meskipun cacar air dan cacar api berasal dari virus yang sama, namun ada perbedaan yang jelas dari kedua cacar ini.
Ketika virus cacar air (varicella zoster) menginfeksi Anda untuk pertama kali, setelah sembuh virus menjadi tidak aktif dan tidak hilang sepenuhnya dari tubuh (dorman).
Baca Juga: Sinopsis Ikatan Cinta 8 April 2021: Aldebaran Berhasil Mendapatkan Foto Iklan Elsa Bersama Riki
Namun akan reaktivasi (muncul kembali), jika virus varicella zoster yang awalnya dorman dalam tubuh ini kembali aktif dan menginfeksi sehingga disebut sebagai cacar api
cacar api menjadi salah satu penyakit yang rentan terkena seseorang di masa pandemi Covid-19. Hal itu diungkapkan pakar penyakit kulit dari Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia (PERDOSKI), Anthony Handoko.
"Pada masa pandemi yang sudah berlangsung lebih dari 1 tahun ini, secara umum kita cenderung mengalami penurunan daya tubuh akibat stres psikis serta kelelahan yang berkepanjangan untuk selalu waspada terhadap Covid-19, maka sangatlah mungkin seseorang lebih mudah terkena HZ pada masa ini," kata CEO Klinik Pramudia itu dalam keterangan tertulisnya, Kamis, 8 April 2021.
Dia mengatakan, mereka yang pernah terkena cacar air juga berisiko besar mengalami HZ apabila memiliki daya tahan tubuh lemah seperti lansia, penderita HIV/AIDS, pasien transplantasi organ, penderita kanker, stres psikis, pasien pasca operasi dan pasien yang minum obat-obatan dengan efek dapat menekan sel imun tubuh.
Oleh karena itu, menurut Anthony, fokus pencegahan terhadap HZ yaitu meningkatkan imunitas tubuh secara umum serta menghindari kontak terhadap virus dari penderita HZ.
Dari sisi penularan, HZ yang disebabkan virus varicella zoster (VZV) ditularkan melalui pertukaran napas dan kontak dengan lesi atau gejala di kulit.
Penularan HZ terjadi ketika ada kontak langsung dengan cairan pada lepuhan ruam yang dialami penderita. Apabila terinfeksi, mereka akan terkena cacar air, bukan herpes zoster.
Lalu virus itu bisa berkembang sewaktu-waktu menjadi Herpes Zoster. Masa inkubasi setelah pertama kali kontak hingga timbulnya lesi di kulit sekitar 10 hingga 21 hari.
Dampak HZ pada kualitas hidup seseorang dikatakan hampir setara kesulitannya dengan dampak yang ditimbulkan penyakit gagal jantung, diabetes, serangan jantung dan depresi, salah satunya akibat rasa nyeri berkepanjangan atau NPH.
Selain NPH, komplikasi yang juga bisa timbul adalah kehilangan pengelihatan jika HZ terjadi di sekitar mata, masalah neurologis seperti radang otak dan kelumpuhan wajah, dan infeksi kulit berkepanjangan.
Baca Juga: Sebanyak 20 Warga Desa Kajarharjo Mendapatkan Bantuan Alat Usaha Gratis dari Bupati Banyuwangi
Tetapi, apabila diobati secara cepat dan tepat, harapan kesembuhan HZ akan meningkat. Saat ini, terapi HZ dikenal dengan strategi 6A yakni Attract patient early (deteksi dini), Asses patient fully (menilai kondisi pasien secara lengkap), Antiviral therapy (obat anti virus), Analgetik (obat anti nyeri), Antidepressant/anticonvulsant (obat anti deperesi/kejang), dan Allay anxieties-counselling (informasi dan edukasi konseling).***