KABAR BESUKI - Covid-19 adalah penyakit yang menyerang sistem pernapasan, sehingga hipotesisnya perokok akan memiliki risiko infeksi Covid-19 yang lebih parah. Itu karena merokok secara umum diketahui dapat menyebabkan iritasi dan radang pada paru-paru.
Organisasi kesehatan dunia (WHO) telah memperingatkan bahwa merokok dapat merusak fungsi paru-paru, dapat meningkatkan gejala penyakit pernapasan parah termasuk infeksi virus corona.
Namun sebuah jurnal ilmiah membuat klaim bahwa perokok lebih kecil kemungkinan didiagnosis Covid-19 daripada yang non-perokok. Jurnal penelitian tersebut diterbitkan Juli 2020 lalu pada European Respiratory Journal.
Makalah tersebut menyatakan "merokok tidak terkait dengan hasil yang merugikan (infeksi Covid)".
Temuan ini membuat heboh beberapa pakar kesehatan karena dinilai hasil penelitian ini akan mendorong orang-orang menjalani kebiasaan merokok yang sebenarnya tidak sehat.
Namun sebagaimana dilansir Kabar Besuki dari The Guardian, jurnal tersebut telah dicabut edarannya karena setelah ditelusuri, beberapa penulis makalah tersebut memiliki hubungan finansial dengan industri tembakau.
Edisi terbaru European Respiratory Journal menyertakan pemberitahuan pencabutan untuk makalah tersebut, yang menyatakan jika dua penulis terkait memiliki bias terhadap merokok karena memiliki kepentingan finansial.