Sebuah Kota di Norwegia Tidak Tersinari Matahari Selama 6 Bulan Lamanya, Ternyata Ini Alasannya

- 17 Agustus 2021, 19:40 WIB
Sebuah Kota di Norwegia Tidak Tersinari Matahari Selama 6 Bulan Lamanya, Ternyata Ini Alasannya
Sebuah Kota di Norwegia Tidak Tersinari Matahari Selama 6 Bulan Lamanya, Ternyata Ini Alasannya /Pexels
KABAR BESUKI - Matahari merupakan pusat tata surya, ketika pagi hingga siang hari akan terasa terang karena matahari menyinari bagian bumi yang berhadapan langsung dengan matahari.
 
Matahari juga bermanfaat bagi kehidupan makhluk hidup, diantaranya membantu fotosintesis pada tanaman, mampu memberikan vitamin D alami, hingga dapat mengeringkan baju.
 
Bayangkan saja ketika matahari tidak menyinari desa atau kotamu selama 6 bulan. Mungkin kehidupan kita akan kesusahan, beda hal dengan kota berikut ini.

Dilansir Kabar Besuki dari Instagram @storiesfact.id, sebuah kota di Norwegia bernama Rjukan menjadi kota yang tidak mendapatkan sinar matahari selama sekitar enam bulan setiap tahunnya.

Kota dengan penduduk sekitar 3.386 orang ini tidak pernah mendapatkan sinar matahari langsung sejak bulan September hingga Maret.

Hal itu dikarenakan geografis kota yang dikelilingi pegunungan. Deretan pegunungan menghalangi sinar matahari untuk masuk ke Kota Rjukan dan membuat kota tersebut menjadi gelap setiap hari selama tujuh bulan lamanya.

Baca Juga: 5 Kebiasaan Sehari-hari Ini Ternyata Bisa Bikin Mandul, Nomor 3 Paling Sering Dilakukan

Meskipun demikian, penduduk setempat tidak kehabisan akal. Mereka pun menciptakan 'matahari' untuk kotanya sendiri.

Ide ini berawal dari Sam Eyde, salah satu pendiri Kota Rjukan. Di tahun 1913 Sam Eyde berencana untuk membuat cermin raksasa di atas gunung setelah sedih melihat warganya tidak bisa merasakan sinar matahari.

Namun, ide Sam Eyde tidak dapat terealisasikan karena faktor biaya dan teknologi yang juga belum canggih.

Akibatnya, para penduduk pun harus rela naik gondola ke atas lereng gunung jika hendak mendapatkan cahaya matahari.

Baca Juga: Sebagian Orang Korea Ternyata Merasa Lebih Betah Tinggal di Indonesia, Begini Alasannya

Di tahun 2013, salah seorang warga yang bekerja di pembangkit hidroelektrik, Martin Andersen, melanjutkan ide Sam Eyde tersebut. 

 
Dia membuat tiga cermin khusus berukuran 51 meter persegi dan diletakkan di atas lereng gunung setinggi 450 meter.

Cermin tersebut menggunakan metode heliostat atau untuk memanfaatkan sinar matahari sebagai penerangan. 
 
Tetapi, itu tidak mengkonversi panas menjadi energi listrik, melainkan hanya memanfaatkan sinar matahari untuk dipantulkan ke dalam sebuah ruang sebagai penerangan.
Baca Juga: Ikan Unik Transparan di Selandia Baru Terancam Punah Karena Sering Diburu

Cermin bertenaga surya ini pun membuatnya bisa bergerak mengikuti arah matahari untuk memantulkan sinar matahari ke sudut-sudut kota.

Walaupun sudah mendapat pantulan cahaya matahari, tetap saja suasana kotanya sedikit gelap seperti malam.***

Editor: Ayu Nida LF

Sumber: Instagram @storiesfact.id


Tags

Terkini