Devie Rahmawati Ingatkan Penghuni Metaverse untuk Berpegang Teguh pada Nilai Agama dan Pancasila

- 11 Februari 2022, 06:42 WIB
Devie Rahmawati Ingatkan Penghuni Metaverse untuk Berpegang Teguh pada Nilai Agama dan Pancasila.
Devie Rahmawati Ingatkan Penghuni Metaverse untuk Berpegang Teguh pada Nilai Agama dan Pancasila. /Vokasi UI

KABAR BESUKI - Sosiolog Devie Rahmawati mengingatkan kepada para penghuni metaverse untuk tetap berpegang teguh pada nilai agama dan Pancasila.

Devie Rahmawati menjelaskan bahwa kehadiran metaverse dalam beberapa waktu terakhir menimbulkan tantangan sosial tersendiri sebagaimana keterangan dari para ahli.

Devie Rahmawati mengutip pendapat para ahli yang menyatakan bahwa manusia yang hidup dalam dunia digital termasuk metaverse merupakan manusia dengan tingkat stres paling tinggi di dunia.

Devie Rahmawati menilai, hal tersebut tidak lepas dari tabiat manusia yang cenderung membandingkan dirinya sendiri dengan orang lain.

 

"Tantangan sosial dari para ahli, manusia-manusia digital adalah manusia yang paling stres di muka bumi. Kenapa? Karena ada faktor membandingkan," kata Devie Rahmawati sebagaimana dikutip Kabar Besuki dari kanal YouTube tvOneNews pada Kamis, 10 Februari 2022.

Baca Juga: Ichsanuddin Noorsy Bongkar Isu Besar di Balik Metaverse, Mulai Kekerasan Seksual Hingga Pemerintahan Global

Devie Rahmawati menjelaskan bahwa metaverse cenderung menawarkan berbagai macam hal yang tak dapat dipenuhi manusia di dunia nyata.

Dosen pengamat sosial di Universitas Indonesia (UI) itu menyebut bahwa dalam metaverse ada kecenderungan manusia untuk berlomba-lomba dalam kebaikan, namun tak dipungkiri banyak pencitraan palsu di dalamnya.

"Jadi yang menarik di dunia virtual itu ada kecenderungan berlomba-lomba menuju kebaikan, tapi ada juga yang berlomba-lomba memalsukan dirinya. Karena memang kehidupan virtual bisa membuat kita muncul menjadi sosok yang jauh berbeda sekali," ujarnya.

Meski menawarkan berbagai kemudahan, dia menegaskan bahwa dunia virtual khususnya metaverse tak akan pernah mampu menggantikan pengalaman manusia dalam kehidupan nyata.

"Dunia virtual ini tidak akan pernah menggantikan pengalaman kehidupan nyata. Tapi, dia akan meningkatkan pengalaman online-nya," katanya.

Baca Juga: Metaverse dalam Pandangan Islam, Seperti Apa? Simak Penjelasan Ustadz Adi Hidayat Berikut Ini

Devie Rahmawati juga menilai bahwa kehadiran metaverse juga semakin membuka peluang terjadinya pelecehan seksual gaya baru.

Menurutnya, penghuni metaverse dapat merasa tidak nyaman ketika dilecehkan oleh penghuni lainnya, meski hanya berwujud boneka virtual.

Dia menyebut bahwa boneka virtual dalam metaverse merupakan representasi dari manusia, sehingga dia akan memberontak ketika merasa dilecehkan atau diperlakukan tak sesuai dengan etika maupun budaya yang dianutnya.

"Kok bisa merasa dilecehkan? Kan itu cuma boneka-boneka virtual aja? Karena boneka yang ada di situ perwakilan saya (manusia). Ketika dia tidak diperlakukan sesuai etika dan budaya saya, maka yang tersinggung adalah manusianya," ujar dia.

Baca Juga: 4 Hal yang Tidak Boleh Anda Umbar di Media Sosial dan Bijaklah Menggunakannya!

Devie Rahmawati kemudian mengingatkan agar setiap penghuni metaverse untuk tetap memegang teeguh nilai agama dan Pancasila, meski sedang berada di dunia yang berbeda.

Dia menegaskan, nilai agama dan Pancasila merupakan kunci utama untuk menjaga kedamaian dalam hidup tak terkecuali di dunia metaverse.

"Manusia yang mengendalikan boneka-boneka itu harus tetap berlandaskan agama, budaya Pancasila agar kehidupan damai," tuturnya.***

Editor: Rizqi Arie Harnoko

Sumber: YouTube tvOneNews


Tags

Terkait

Terkini