Network
KABAR BESUKI - Vape adalah sebutan populer dari rokok elektronik dan kerap diklaim sebagai bantuan alternatif untuk memberhentikan kebiasaan merokok.
Baru-baru ini, penelitian dilakukan di Pusat Kajian Jaminan Sosial Universitas Indonesia (PKJS-UI), mengungkapkan fakta lain.
Menurut dari hasil kajian tersebut, terbukti para perokok justru jadi pengguna ganda antara produk rokok konvensional, dengan rokok elektronik yang banyak dikenal dengan sebutan vape.
Sementara penggunaan ganda antara dua produk rokok itu, juga melahirkan beban kesehatan yang berlipat.
Ketua Peneliti Faizal Rahmanto Moeis mengatakan, pengguna ganda rokok konvensional dan elektrik memiliki probabilitas mengidap penyakit dan komplikasi lebih tinggi, produktivitas lebih rendah, dan pengeluaran kesehatan lebih tinggi.
Baca Juga: Liga Champions Manchester City vs Real Madrid, Varane Butuh Sosok Pengganti Sergio Ramos
Dibandingkan single user atau pengguna tunggal rokok konvensional atau rokok elektrik saja.
“Selain itu, masing-masing jenis rokok juga tetap memiliki risiko terhadap kesehatan baik pengguna tunggal rokok elektronik maupun konvensional, sehingga harus ada pengendalian konsumsi terhadap kedua jenis rokok tersebut,” demikian Faizal dalam keterangan pers yang dilansir Antara di Jakarta, Jumat, 7 Agustus 2020.
Faizal juga mengatakan, rokok elektronik diperkenalkan sebagai alat untuk berhenti merokok dari rokok konvensional. Akantetapi, rokok elektronik justru menjadikan barang yang digunakan untuk melengkapi rokok konvensional sehingga munculnya pengguna ganda.
Menurut Susenas 2017 dan 2019 dan Riskesdas 2018, lebih dari 95 persen pengguna vape merupakan pengguna ganda rokok tembakau sekaligus rokok elektronik.
Adapapun fakta yang menambah parah, bahwa penggunaan rokok elektronik dijadikan sebagai sebuah gaya hidup menurut Jackson et al. pada 2020.
Sebelumnya artikel ini telah tayang di Pikiran-Rakyat dengan judul Hasil Penelitian UI Ungkap Rokok Elektronik Sebabkan Beban Kesehatan Ganda Penggunanya
