Peneliti dari Oxford Tawarkan 5.000 Poundsterling Bagi Relawan yang Mau Diinfeksi Ulang Covid-19

21 April 2021, 04:25 WIB
Ilustrasi vaksin COVID-19 /Gisela R/Pixabay/fernandozhiminaicela

KABAR BESUKI - Para peneliti dari Universitas Oxford di Inggris sedang merencanakan 'studi tantangan' yang akan melibatkan sukarelawan yang pernah menderita Covid-19.

Para penyintas Covid-19 ini nantinya akan 'dengan sengaja' dipaparkan virus corona lagi dan akan diteliti oleh para dokter dan ilmuwan secara intensif.

Bukan hanya sebagai sukarelawan tanpa bayaran, orang-orang yang akan terpilih berpartisipasi dalam penelitian ini akan diupah sebanyak 5000 poundsterling atau sekitar Rp101 juta.

Baca Juga: Atta dan Aurel Sempat Berniat Menyudahi Hubungannya, Mereka Juga Gagal Bulan Madu ke Dubai

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memahami tanggapan kekebalan tubuh jika pasien kembali terjangkit Covid-19.

Dr. Helen McShane yang merupakan profesor vaksinologi dari Universitas Oxford, mengatakan jika eksperimen ini akan membantu para dokter memastikan jika pasien benar-benar terlindungi atau tidak.

"Jika kami dapat memahami (infeksi ulang), maka kami akan dapat mengetahui orang-orang (yang terinfeksi ulang) akan terlindungi dari virus atau tidak.," kata McShane, sebagaimana dilansir Kabar Besuki dari The Guardian.

Baca Juga: [Cek Fakta] Berita Terkini, Niat Busuk Prabowo Terbongkar 'Ditendang dari Istana' Ini Faktanya!

Penelitian ini akan dikontrol dengan sangat ketat. Para peneliti hanya akan menginfeksi ulang orang-orang yang dianggap sehat dan dan yang akan mengalami gejala ringan saja.

Studi ini akan merekrut orang sehat yang berusia 18 hingga 30 tahun, yang pernah terinfeksi Covid-19 setidaknya tiga bulan sebelum penelitian dimulai, dan juga memiliki antibodi terhadap virus corona baru.

Studi ini akan memiliki dua tahap. Fase pertama, yang akan melibatkan 24 relawan, bertujuan untuk menentukan dosis terendah SARS-CoV-2 yang dapat menyebabkan infeksi ulang,dan untuk meneliti sebanyak apa gejala yang bisa terjadi pada mereka.

Baca Juga: Denny Darko Sarankan Agar Nagita Tidak Satu Rumah dengan Raffi Ahmad, Selama 4 Bulan

Mereka akan memulainya dengan jumlah virus yang sangat sangat sedikit, lalu mereka akan memeriksa jika partisipan aman atau tidak. Selanjutnya peneliti akan meningkatkan dosis jika diperlukan (apabila virus yang terlalu rendah tidak dapat menyebabkan infeksi).

"Target kami adalah membuat 50% dari subjek kami terinfeksi tetapi tanpa, atau hanya sedikit sekali gejala," kata McShane kepada The Guardian.

Fase kedua akan melibatkan 10 hingga 40 partisipan lainnya yang akan menerima dosis yang ditentukan pada fase pertama. Para peneliti berharap untuk mempelajari tingkat antibodi, sel T, dan komponen sistem kekebalan lainnya yang melindungi dari infeksi ulang.

Baca Juga: Kabar Baik! 4 Obat Ini Terbukti Ampuh Hentikan Kebiasaan Merokok dan Mudah Didapat di Apotek

Setelah terpapar virus tersebut, seluruh peserta akan dikarantina selama 17 hari dan dipantau secara ketat. Mereka akan menjalani banyak tes, termasuk CT scan paru-paru dan MRI jantung mereka.

Jika ada peserta yang mengalami gejala COVID-19, akan diobati dengan antibodi monoklonal Regeneron, yang telah terbukti mengurangi risiko rawat inap akibat COVID-19.

Baca Juga: Perpanjang Kontrak dengan Dorna, Suzuki Pastikan Tetap Berlaga di MotoGP Hingga 2026 Mendatang

Para peneliti mengatakan jika tahap pertama studi akan dilakukan pada bulan April, dan fase kedua diharapkan akan dimulai pada musim panas.***

Editor: Ayu Nida LF

Sumber: The Guardian

Tags

Terkini

Terpopuler