Zaifur Hussein, seorang pengungsi yang berusia 50 tahun yang selamat dari kebakaran tersebut mengatakan jika ia yakin setidaknya ada puluhan orang yang terbunuh, dan jika pagar di sekitar kamp membuat para pengungsi sulit untuk melarikan diri dari kobaran api.
"Ketika kami berada di Myanmar, kami menghadapi banyak masalah, mereka (militer Myanmar) menghancurkan segalanya. Dan kini hal itu terjadi lagi," kata Hussein.
Snigdha Chakraborty, direktur Catholic Relief Services Bangladesh, mengatakan ia mengkhawatirkan kurangnya fasilitas medis di daerah tersebut.
"Fasilitas medis itu adalah yang utama, dan luka bakar memerlukan perawatan khusus, apalagi tempat tidur rumah sakit sebagian sudah digunakan untuk pasien Covid-19. Kemungkinan besar akan ada korban jiwa karena apinya begitu besar," kata Chakraborty.
Seorang pemimpin kaum Rohingya di Cox's Bazar, Mohammed Nowkhim mengatakan ia melihat beberapa mayat saat kebakaran terjadi dan ribuan gubuk terbakar habis.
UNHCR mengatakan mitra kemanusiaan lainnya telah mengerahkan ratusan sukarelawan dari kamp-kamp terdekat untuk operasi dukungan, serta kendaraan dan peralatan keselamatan kebakaran.
Lebih dari satu juta kaum Rohingya menempati kamp-kamp di Bangladesh selatan, setelah melarikan diri dari Myanmar pada 2017 lalu.
Penyelidik PBB Menduga kaum Rohingya kabur dari militer Myanmar yang dianggap melakukan tindak kekerasan dan memiliki niatan genosida terhadap kaum Rohingya, yang dibantah oleh Myanmar.***