Orang Dewasa di Inggris Mengalami Peningkatan Gejala Depresi Selama Pandemi, Etnis China Paling Terpengaruh

- 6 Mei 2021, 10:40 WIB
Suasana lockdown
Suasana lockdown /Murad Sezer/REUTERS

KABAR BESUKI - Satu dari lima orang dewasa di Inggris mengalami gejala depresi selama pandemi. Kaum muda, penyandang disabilitas, dan penyewa apartemen adalah yang paling banyak mengalami depresi.

Angka-angka tersebut, berdasarkan survei Opini dan Gaya Hidup ONS. Data menunjukkan antara Januari dan Maret 2021 yaitu ketika lockdown kedua diberlakukan, sebanyak 21 persen orang dewasa mengalami depresi.

Meningkat 19 persen dari bulan November 2020, dan dua kali lipat lebih banyak daripada sebelum keadaan pandemi.

Baca Juga: Wanita Harus Tau! Pria yang Hobi Selingkuh Ternyata Bisa Dilihat dari Bentuk Wajahnya

Meski jumlah depresi meningkat, namun dokter praktek di Inggris telah mendiagnosa jumlah depresi yang lebih sedikit.

Hal ini menunjukkan jika banyak orang yang tidak dapat mengakses perawatan medis yang mereka butuhkan selama masa pandemi, seperti dilansir dari The Guardian.

Kaum muda yang sudah dewasa dan wanita lebih rentan mengalami beberapa bentuk depresi. Empat dari sepuluh wanita yang berusia 16 dan 29 tahun lebih banyak mengalami depresi dibanding dengan 26 persen pria di usia yang sama.

Penyandang disabilitas, orang dewasa yang rentan secara klinis, orang-orang yang menyewa rumah, dan mereka yang tinggal di daerah tertinggal di Inggris adalah yang paling mungkin mengalami depresi.

Baca Juga: Putus Hubungan Asmara, Billy Syahputra Dikabarkan Mengembalikan Benda Pemberian Amanda Manopo

Jumlah diagnosis depresi antara 23 Maret dan 31 Agustus 2020 menurun sebesar 23,7% dibandingkan dengan periode yang sama tahun di 2019.

Penurunan diagnosis depresi lebih besar pada laki-laki (27,4%) dibandingkan perempuan (21,4%). Ini mencakup semua etnis, tetapi kelompok etnis China mengalaminya lebih buruk.

Ini kemungkinan karena meningkatkan kasus kebencian terhadap orang Asia yang sering terjadi di negara barat.

Theodore Joloza, seorang petugas peneliti utama di ONS mengatakan, statistik menunjukkan peningkatan korban penyakit kesehatan mental karena banyak orang yang tidak mengakses bantuan medis.

Baca Juga: Hasil Penelitian Ungkap Terlalu Sering Makan Gorengan Bisa Sebabkan Kematian Dini

Prof Martin Marshall, ketua Royal College of General Practitioners, mengatakan angka tersebut menunjukkan dampak pandemi pada kesehatan mental pasien secara langsung sebagai akibat Covid-19.

Namun secara tidak langsung juga bisa terjadi karena dampak dari sosial dan ekonomi akibat dari pembatasan sosial dan lockdown.

"Meningkatnya jumlah pasien yang mengalami kondisi kesehatan mental adalah salah satu contoh dari meningkatnya kompleksitas pekerjaan dokter praktek selama pandemi, dan perlunya dokter memiliki lebih banyak waktu dengan pasien mereka," kata Marshall.***

Editor: Yayang Hardita

Sumber: The Guardian


Tags

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah