Menurut Prof Peter Collignon yang merupakan komite ahli di WHO mengatakan jika mucormycosis sangat serius, memiliki tingkat kematian yang tinggi, dan memerlukan pembedahan serta banyak obat untuk mengatasinya, seperti dilansir Kabar Besuki dari The Guardian.
Mucormycosis biasanya bisa ditangkis oleh sistem kekebalan tubuh. Namun bagi penderita penyakit yang melemahkan imun tubuh seperti diabetes, leukimia, atau HIV/AIDS sangat rentan terpapar jamur ini.
Kasus mucormycosis di India kemungkinan disebabkan karena virus Covid-19 yang menyerang sistem imun tubuh pasien.
Mucormycosis juga tinggi dialami oleh penderita Covid-19 yang juga memiliki penyakit diabetes.
Mucormycosis sebenarnya cukup langka, namun karena tinggi dan padatnya masyarakat di India yang terinfeksi Covid-19 menyebabkan jamur hitam ini menyebar dengan lebih cepat.
Menurut Collignon, pengobatan mucormycosis mahal dan sulit diobati serta tingkat kematiannya mencapai 50 persen.
Penderita mukormikosis diberi obat antijamur amfoterisin B yang cukup beracun.
Selain itu diperlukan juga pembedahan untuk membersihkan sumber jamur. Namun pembedahan ini juga sangat berisiko karena jamur tersebut bisa bersarang di tempat-tempat sensitif seperti bagian belakang tenggorokan, bagian belakang hidung, dan bahkan yang paling parah di otak.