Pekerja Anak Dibawah Umur Melonjak Setelah Terjadi Krisis Ekonomi Keluarga Akibat Pandemi, Laporan Badan PBB

- 10 Juni 2021, 13:20 WIB
Ilustrasi seorang anak terlihat sedang menjajakan dagangannya/Unsplash
Ilustrasi seorang anak terlihat sedang menjajakan dagangannya/Unsplash //Beth Macdonald/

KABAR BESUKI - Dunia telah menandai terkait kenaikan pertama para pekerja anak dalam dua dekade dan krisis virus corona mengancam akan mendorong jutaan anak lagi menuju nasib yang sama, kata Perserikatan Bangsa-Bangsa, Kamis, 10 Juni 2021. 

Dalam laporan bersama, Organisasi Buruh Internasional dan Badan anak-anak PBB UNICEF mengatakan jumlah pekerja anak mencapai 160 juta pada awal 2020 dan meningkat sekitar 8,4 juta dalam empat tahun.

Dilansir Kabar Besuki melalui laman AFP, kenaikan dimulai sebelum pandemi melanda dan menandai pembalikan dramatis dari tren penurunan yang telah melihat jumlah pekerja anak menyusut 94 juta antara tahun 2000 dan 2016.

Baca Juga: Sisca Kohl Memborong 40 Paket BTS Meal: Aku Tidak Beli Terlalu Banyak Agar Semua Army Kebagian

Saat krisis COVID-19 mulai meningkat, hampir satu dari 10 anak di seluruh dunia terjebak dalam pekerja anak, dengan Afrika sub-Sahara yang paling parah terkena dampaknya.

Sementara persentase anak yang masuk dalam kategori pekerja tetap sama seperti tahun 2016, pertumbuhan penduduk berarti jumlahnya meningkat secara signifikan. Dan risiko pandemi memperburuk situasi secara signifikan, kata badan-badan itu.

Mereka memperingatkan bahwa kecuali tindakan segera diambil untuk membantu membengkaknya jumlah keluarga yang jatuh ke dalam kemiskinan, jika tidak hampir 50 juta lebih banyak anak dapat dipaksa bekerja selama dua tahun ke depan.

Baca Juga: Lucinta Luna Ngamuk! Boy William Tidak Memotong Suara Aslinya Saat Melakukan Podcast: Bangke Lu Boy

Menurut Kepala UNICEF Henrietta Fore, “Kami kehilangan pijakan dalam perjuangan untuk mengakhiri pekerja anak,” dan ia menekankan bahwa “krisis COVID-19 membuat situasi yang buruk menjadi lebih buruk. Sekarang, memasuki tahun kedua penguncian global, penutupan sekolah, gangguan ekonomi, dan anggaran nasional yang menyusut, keluarga dipaksa untuk membuat pilihan yang memilukan”. 

Halaman:

Editor: Ayu Nida LF

Sumber: AFP


Tags

Terkini

x