Rocky Gerung juga menyinggung lemahnya amunisi Indonesia dalam bidang militer meski memiliki armada laut yang memadai karena belum memperoleh lampu hijau dari Amerika Serikat untuk membeli senjata, sebagaimana laporan dari intelijen China.
"Kan China membayangkan bahwa Indonesia memang lemah. Cukup banyak pesawat, cukup banyak armada laut tapi nggak ada amunisi. Jadi intelijen China bekerja lebih cepat sebetulnya, karena mereka tahu bahwa Indonesia belum dapat lampu hijau dari Amerika untuk beli senjata tuh," katanya.
Lebih lanjut, Rocky Gerung juga menduga bahwa China merasa pihaknya harus berperan penting dalam suplai persenjataan bagi militer Indonesia.
Dia juga menyebut, Indonesia saat ini justru terseret dalam pusaran konflik China dan Amerika Serikat di Laut Natuna Utara karena sikap pemerintah yang dianggap salah dalam memaknai prinsip politik luar negeri bebas aktif.
"Dan mereka sebetulnya menganggap bahwa layaklah senjata itu disuplai dari China, dan ketegangan antara China dan Amerika membuat Indonesia itu bukan sekedar jadi begok tapi nggak tau mau ngapain tuh karena terus didikte dengan doktrin bebas aktif," ujar dia.
Baca Juga: Sering Terbang di Atas Laut Natuna Utara, AS: China Tidak Pernah Menimbulkan Ancaman
Sebaliknya, Rocky Gerung justru menilai Indonesia menjalankan politik luar negeri bebas pasif karena berada di wilayah yang mudah dijangkau oleh rudal dari China.
Dia menyebut bahwa hal tersebut merupakan pertanda bahwa China sangat ingin menguasai sektor energi di wilayah Indonesia.
"Padahal yang sebetulnya terjadi bebas pasif, karena Indonesia berada di wilayah yang dengan cepat rudal China itu nyampe ke Indonesia. Itu sinyal kuat bahwa China memang ingin menguasai energi," tuturnya.***