India terlalu Takut dan Berusaha Menghindari Memberikan Kritik Tegas Terhadap Invasi Rusia Kepada Ukraina

- 21 April 2022, 16:46 WIB
Ilustrasi India menghindari memberikan komentar tegas terkait invasi Rusia dan Ukraina
Ilustrasi India menghindari memberikan komentar tegas terkait invasi Rusia dan Ukraina /Pixabay/motionstock

KABAR BESUKI - Ketika negara-negara demokrasi global berbaris untuk mengutuk tindakan Rusia kepada Ukraina, India menjadi salah satu negara yang tidak mengkritik hal itu.

Selama krisis berlangsung, pemerintah di India dengan sangat hati-hati menghindari dalam mengambil keputusan.
 
Ia telah abstain pada setiap resolusi Perserikatan Bangsa-Bangsa yang menangani masalah ini dan menolak untuk bergabung dengan komunitas internasional dalam tindakan ekonomi melawan Moskow, yang memicu peringatan dari Amerika Serikat untuk menghindari sanksi.
 
 
Bahkan pernyataan dari India yang mengutuk pembunuhan massal yang dilaporkan terhadap warga sipil Ukraina tidak menyalahkan pihak manapun, alih-alih menyerukan penyelidikan yang tidak memihak.
 
Sikap seperti ini bukanlah hal yang baru terjadi, pada berbagai masalah global yang penuh, India telah lama menghindari dalam memberikan pernyataan tegas karena statusnya sebagai negara non-blok.
 
Dari sudut pandang strategis hari ini, para pembuat keputusan di New Delhi percaya bahwa mereka tidak mampu mengasingkan Rusia karena mereka mengandalkan Moskow untuk memveto resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa yang merugikan mengenai wilayah Kashmir yang disengketakan.
 
Sejak pembagian anak benua pada tahun 1974, India dan Pakistan telah berperang tiga kali atas Kashmir, dan wilayah tersebut terus menjadi sumber ketegangan.
 
 
Mengingat kembali ke masa Uni Soviet, India mengandalkan hak veto Rusia di PBB untuk melindungi diri dari pernyataan merugikan tentang Kashmir.
 
Secara keseluruhan, Soviet dan Rusia telah menggunakan hak veto mereka enam kali untuk melindungi India.
 
Dilansir Kabar Besuki dari CNA News, sebagian besar, hubungan dekat India dan Rusia berasal dari kesetiaan Perang Dingin.
 
India juga mengharapkan dukungan Rusia, atau setidaknya netralitas dalam sengketa perbatasan yang sudah berlangsung lama dengan Republik Rakyat Tiongkok.
 
India dan China berbagi perbatasan lebih dari 2.000 mil (dekat 3.500 km), lokasi yang telah diperebutkan selama 80 tahun, termasuk selama perang pada 1962 yang gagal.
 
Diatas segalanya, India tidak ingin Rusia berpihak pada China, jika itu terjadi bentrokan akan terjadi lebih lanjut di Himalaya, terutama daerah sengketa perbatasan.
 
 
India sangat bergantung pada Rusia untuk berbagai senjata, faktanya, 60 persen hingga 70 persen senjata India berasal dari Soviet atau Rusia.
 
Selama dekade terakhir, New Delhi telah berusaha mendiversifikasi akuisisi senjatanya, dan membeli lebih dari US$20 miliar peralatan militer dari AS.
 
Namun demikian, India masih tidak bisa meninggalkan Rusia dalam hal persenjataan.
 
Untuk memperumit masalah, Rusia dan India telah mengembangkan hubungan manufaktur militer yang erat, kedua negara itu telah bersama-sama memproduksi rudal BrahMos yang sangat berguna dan dapat ditembakkan dari kapal, pesawat terbang atau darat.
 
India baru-baru ini menerima pesanan ekspor pertama nya untuk rudal dari Filipina.
 
 
Hubungan pertahanan dengan Rusia hanya dapat terputus dengan biaya finansial dan strategis yang cukup besar dari India.
 
Rusia tidak seperti negara Barat manapun termasuk AS, telah bersedia berbagi bentuk teknologi senjata tertentu dengan India. 
 
Karena tidak ada negara lain yang menawarkan persenjataan dengan India, sebagian khawatir bahwa teknologi itu akan dibagikan kepada Rusia.
 
Bagaimanapun, Rusia mampu memberi India senjata dengan teknologi tinggi dan harga yang jauh lebih rendah daripada pemasok Barat manapun.
 
Tidak heran, meskipun ada tentangan Amerika yang signifikan, India memilih untuk memperoleh baterai pertahanan rudal S-400 Rusia.***

Editor: Yayang Hardita

Sumber: channelnewsasia


Tags

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x