Linda Wahyudi Jelaskan Alasan Stasiun TV Tetap Membeli Hak Siar Olahraga, Meski Tak Selalu Untung

21 Agustus 2021, 20:37 WIB
Linda Wahyudi Jelaskan Alasan Stasiun TV Tetap Membeli Hak Siar Olahraga, Meski Tak Selalu Untung /Rizqi Arie Harnoko/Kabar Besuki

KABAR BESUKI - Praktisi media Linda Wahyudi menjelaskan alasan stasiun TV tetap membeli hak siar olahraga meski tak selalu memperoleh untung.

Linda Wahyudi menceritakan pengalamannya ketika masih bekerja di RCTI, dia selalu membawa data mengenai profil stasiun TV tempat dia bekerja pada saat itu untuk meyakinkan pemilik hak siar di luar negeri untuk menjualnya ke stasiun TV di Indonesia.

"Dulu tuh kalau kita pergi ke pasar (hak siar olahraga) namanya sport tail, kita kasih apa yang kita tahu (data). Orang-orang asing, dia percaya dengan data. Jadi saya selalu bawa data, data dengan apa? Potential viewers berapa, potential sponsor-nya berapa, potential income berapa. Kalau kita jujur, dia juga akan kasih harga yang jujur," kata Linda Wahyudi sebagaimana dikutip Kabar Besuki dari kanal YouTube Podcast V's Boxing Indonesia dalam sebuah video yang diunggah pada 12 September 2020.

Baca Juga: Linda Wahyudi Ungkap Tantangan Saat Membangun Divisi Olahraga RCTI pada Masa Lalu

Linda Wahyudi mengaku masih menjalin relasi dengan pihak-pihak yang bekerja sama dengannya (rights holder) terkait pembelian hak siar olahraga.

Linda Wahyudi menyampaikan kepada mereka bahwa perkembangan dunia broadcasting saat ini mengalami dinamika yang sangat tinggi seiring dengan berkembangnya berbagai platform, terutama dalam penayangan olahraga.

"Selama ini saya masih keep relation sama mereka, saya kasih tau dunia olahraga Indonesia ini terutama broadcasting itu bisa berubah-ubah sekarang. Sekarang ini kita udah nggak bisa kendalikan lagi," ujarnya.

Linda Wahyudi juga mengungkapkan, beberapa induk olahraga atau penyelenggara pertandingan olahraga seperti FIFA, UEFA, dan lain-lain sangat loyal bekerja sama dengan satu distributor saja untuk memasarkan hak siar produk mereka (kompetisi atau turnamen) ke seluruh dunia.

"Ya memang kalau dulu juga kita mengendalikan itu kan kita juga punya relation sama distributor ya, sama principal gitu loh. FIFA misalnya, mereka punya distributor, marketing-nya, itu menarik dan kita jaga itu semua. Seperti Liga Champions, itu semua orangnya setia. Sama seperti MotoGP, Dorna, itu dari dulu sampai sekarang dia. Champions itu T.E.A.M. dari Swiss," katanya.

Baca Juga: Peta Hak Siar Kompetisi Sepak Bola Musim 2021-2022 di Televisi dan OTT Indonesia

Selama bekerja di RCTI, Linda Wahyudi mengaku pernah ditegur oleh atasannya karena penayangan Liga Champions kerap tak mendatangkan keuntungan.

Sebab, UEFA memiliki aturan yang ketat terkait penayangan sponsorship sehingga stasiun TV tak bisa menjual tayangan tersebut kepada pihak sponsor dengan bebas, bahkan diwajibkan untuk menampilkan sponsor resmi yang bekerja sama langsung dengan UEFA untuk skala internasional.

"Tapi gampang nggak ngejual Champions (UCL)? No. Berapa kali kita dimarahin rugi rugi rugi rugi, kenapa? Karena dia anggap apa? Champions itu selalu sudah ada sponsor, dan sponsornya itu juga harus ikut ditayangkan," ujar dia.

Baca Juga: Update Hak Siar Kompetisi Sepak Bola Musim 2021-2022 di Televisi dan OTT Indonesia 16 Agustus 2021

Linda Wahyudi menjelaskan ketika menayangkan Liga Champions, stasiun TV tak dapat sembarangan menampilkan logo sponsor yang bukan merupakan sponsor resmi dari UEFA bahkan untuk sesi studio sekalipun (kecuali jika ditempatkan pada segmen khusus atau program pre-match yang dibuat secara terpisah).

Pengawasan terhadap hal tersebut bukanlah pepesan kosong semata, sebab UEFA juga memiliki intelijen di setiap negara yang menayangkan Liga Champions maupun ajang lainnya di bawah naungan UEFA (hal serupa juga berlaku untuk turnamen resmi FIFA).

"Dan kita nggak bisa loh naruh template untuk komentator aja, kan selalu saya ditegur dulu. Dan mereka (UEFA) punya apa? Punya detektif di sini, punya intelijen. Setiap kali (melakukan pelanggaran kontrak), besoknya ditegur," ucapnya.

Baca Juga: Wajib Tahu! Inilah Beberapa Pertimbangan Stasiun TV Dalam Membeli Hak Siar Sepakbola

Linda Wahyudi mengakui bahwa pembelian hak siar olahraga tak selalu menghasilkan untung, bahkan seringkali justru berbuah kerugian.

Akan tetapi, umumnya stasiun TV memiliki strategi subsidi silang untuk membiayai pembelian hak siar olahraga agar keberlangsungan tayangan olahraga di stasiun TV tersebut tetap bertahan lama.

Bahkan menurut dia, manajemen dari beberapa stasiun TV menganggap tayangan olahraga merupakan konten yang wajib ada karena terbukti dapat memperkuat prestige dan image perusahaan di mata publik atau pemirsa.

"Ada subsidi silang. Kadang-kadang ada satu program yang memang dia untung, tapi yang lainnya nggak. Manajemen tahu itu, karena apa? Prestige, citra, image, itu yang nggak bisa dibeli oleh program apapun," tuturnya.***

Editor: Rizqi Arie Harnoko

Sumber: YouTube Podcast V's Boxing Indonesia

Tags

Terkini

Terpopuler