Tidak diketahui berapa banyak pengguna yang menjadi korban dan memasukkan data mereka saat diarahkan ke situs penipuan ini.
Tetapi menurut Group-IB, penipu dapat menggunakan akun yang disusupi untuk memeras korban, mendorong mereka untuk membayar uang tebusan agar akses ke akun mereka dipulihkan, atau lebih lanjut meningkatkan skema menggunakan profil Facebook yang dicuri untuk mendistribusikan lebih banyak iklan penipuan.
Mr. Ilia Rozhnov, kepala departemen perlindungan risiko digital Grup-IB di Asia-Pasifik, mengatakan bahwa penipu telah memanfaatkan kecerobohan pengguna saat online.
Dilansir Kabar Besuki dari Straits Times, “Hidup di era serba instan, mengklik iklan yang menarik, proposal atau headline sudah menjadi refleks alami manusia,” ujarnya.
Internet telah membuat orang meninggalkan pemikiran kritis.
Facebook telah memperkenalkan pembaruan besar akhir tahun lalu dengan fitur-fitur baru, termasuk komunikasi lintas aplikasi antara Facebook dan Instagram, dan mode menghilang.
Dikatakan dalam peluncuran pembaruan bahwa pengguna Messenger tidak perlu mengambil tindakan untuk mendapatkan akses ke fitur-fitur baru ini, karena mereka akan tersedia secara otomatis.
Pengguna media sosial disarankan untuk berhati-hati saat mengklik tautan yang mengarah ke situs eksternal, dan tidak boleh memasukkan data pribadi di situs pihak ketiga meskipun mereka memiliki logo merek terkenal, kata Group-IB. Dilansir Kabar Besuki dari Straits Times.
Dalam penasehat di situs web Badan Keamanan Siber Singapura, Tim Tanggap Darurat Komputer Singapura menyarankan pengguna untuk memperhatikan setiap kesalahan ejaan huruf di tautan situs web yang mereka jelajahi.***