3 Kendala yang Sering Terjadi pada Siaran TV Digital Terestrial, Apa Saja? Simak Selengkapnya

- 24 Maret 2022, 18:00 WIB
3 Kendala yang Sering Terjadi pada Siaran TV Digital Terestrial, Apa Saja? Simak Selengkapnya.
3 Kendala yang Sering Terjadi pada Siaran TV Digital Terestrial, Apa Saja? Simak Selengkapnya. /Ilustrasi/PIXABAY

KABAR BESUKI - Tahun 2022 merupakan tahun di mana pemerintah mulai masif mensosialisasikan migrasi siaran TV analog ke TV digital, tepatnya pada frekuensi terestrial.

Migrasi siaran terestrial ke TV digital dilakukan dalam tiga tahap yakni pada 30 April 2022 (tahap 1), 25 Agustus 2022 (tahap 2), dan 2 November 2022 (tahap terakhir).

Dengan bermigrasi ke siaran TV digital terestrial, ada banyak keunggulan yang diperoleh pemirsa antara lain kualitas gambar dan suara yang lebih bersih dan jernih, serta teknologi yang lebih canggih.

Meski memiliki banyak keunggulan, siaran TV digital terestrial juga tak luput dari sejumlah kendala yang kerap terjadi sewaktu-waktu.

Namun Anda tak perlu gusar, karena setiap kendala yang terjadi pada penerimaan siaran TV digital terestrial umumnya selalu menemui jalan keluar untuk menguraikannya.

Baca Juga: UPDATE TV Digital 14 Maret 2022: Trans TV dan Trans7 Hadir di 38 UHF Mataram Jelang MotoGP Mandalika 2022

Berikut tiga kendala yang kerap terjadi pada penerimaan siaran TV digital terestrial sebagaimana dirangkum Kabar Besuki dari berbagai sumber, antara lain:

1. Sinyal Drop

Seperti halnya TV analog, siaran TV digital terestrial khususnya pada masa simulcast juga tak luput dari kendala terkait penerimaan sinyal.

Umumnya, masalah sinyal drop pada penerimaan siaran TV digital terestrial disebabkan oleh beberapa faktor seperti kualitas antena, kualitas kabel, hingga jarak antara antena penerima dengan pemancar stasiun TV atau multiplekser (MUX) yang bersangkutan.

Bahkan pada periode simulcast khususnya di kota-kota besar, sinyal siaran TV digital tak seluruhnya dapat diterima dengan baik terlebih jika menggunakan antena UHF indoor.

Sebab, penggunaan daya pada pemancar MUX TV digital masih harus berbagi dengan pemancar TV analog yang hingga saat ini (ketika artikel ini ditulis) masih menjadi hidup mati bagi stasiun TV berdasarkan klasemen Nielsen.

Jika sinyal salah satu stasiun TV mengalami drop, hal tersebut juga akan berpengaruh pada penerimaan siaran stasiun TV lainnya yang berada dalam satu frekuensi atau MUX.

Baca Juga: UPDATE TV Digital 11 Februari 2022: Tonton Trans TV dan Trans7 di 42 UHF Denpasar dalam Kualitas HD

2. Siaran Tiba-tiba Teracak (Scrambled)

Sebagian pemirsa yang sudah menggunakan layanan siaran TV digital terestrial juga masih mengeluhkan adanya siaran yang teracak (scrambled) secara tiba-tiba, khususnya di luar Jabodetabek.

Setiap stasiun TV di Jakarta yang ingin memancarkan siarannya di luar Jabodetabek tetap perlu memasang perangkat penerima siaran melalui satelit untuk mendapatkan downlink siaran dari pusat, sebelum dipancarkan ulang melalui jaringan terestrial.

Karena siaran TV digital terestrial umumnya dipancarkan melalui perangkat transmodulator, maka data parameter teknis beserta kualitas siaran yang diterima oleh pemirsa juga tak berbeda jauh dengan siaran yang diterima menggunakan antena parabola.

Jika terjadi pengacakan pada siaran TV digital terestrial, hal tersebut semata-mata disebabkan oleh persoalan teknis downlink dari perangkat transmodulator di setiap stasiun pemancar di daerah, saat stasiun pusat mengacak siarannya pada jalur uplink transmisi satelit.

Pengacakan dapat terjadi pada siaran TV digital terestrial ketika kartu tayang atau conditional access module (CAM) pada transmodulator yang men-downlink siaran yang teracak tersebut belum terpasang, belum terotorisasi oleh stasiun pusat, atau terjadi bug pada bagian uplink maupun downlink.

Baca Juga: Syarat dan Cara Dapat Bantuan STB TV Digital Gratis dari Kominfo via Aplikasi di HP, Cukup dengan KTP

3. EPG Tidak Muncul

Salah satu keunggulan lainnya dalam layanan siaran TV digital adalah adanya electronic program guide (EPG) pada setiap saluran TV yang memudahkan Anda untuk mengetahui jadwal penayangan program favorit.

Hal ini umumnya disebabkan oleh pihak stasiun pusat yang tidak melakukan uplink EPG pada transponder satelitnya, sehingga turut berpengaruh pada data siaran yang dipancarkan ulang oleh perangkat transmodulator di stasiun relay daerah.

Penyebab lainnya, perangkat transmodulator atau encoder yang digunakan tidak dilengkapi dengan fitur extract EPG, sehingga dalam beberapa kasus EPG harus di-uplink secara mandiri oleh pengelola multiplekser di daerah dengan software yang ada.***

Editor: Rizqi Arie Harnoko

Sumber: Berbagai Sumber


Tags

Terkait

Terkini