Tak hanya saling mengenal dan hidup rukun, Ustadz Yahya Waloni juga turut berbagi ilmu tentang hukum dengan tahanan lainnya selama di penjara.
Bahkan, dia juga turut membantu tahanan lainnya dalam menyusun pledoi atas kasus yang mereka jalani.
"Pledoi saya itu tidak pakai tulis, hanya lisan. Saya yang buat pledoi mereka (rekan sesama tahanan)," katanya.
Dia juga mengungkapkan bahwa kehidupan dirinya selama di penjara sebagai miniatur kehidupan berbangsa dan bernegara yang majemuk, sehingga menjadi momentum yang tepat untuk memperbaiki tata kehidupan dan tata kelola perilaku masing-masing.
"Miniatur yang sangat baik untuk merubah tata kehidupan, tata kelola perilaku kita lah," ujar dia.
Terakhir, Ustadz Yahya Waloni juga berpesan kepada seluruh pengikutnya bahwa setiap ritual agama merupakan hal yang suci dan sakral bagi pemeluknya masing-masing.
Karena kesakralan hal tersebut, dia menegaskan bahwa hal tersebut tak boleh dijadikan sebagai bahan candaan atau humor.
"Segala sesuatu yang dilakukan oleh ritual agama lain itu adalah hal yang suci, hal yang sangat sakral. Tidak boleh saya jadikan itu sebagai gurauan, candaan, humor," tuturnya.***