Bernostalgia, Buku Matematika di Abad ke-19 Ini Memberi Wawasan Kebudayaan Indonesia di Masa Kolonial Belanda

11 Maret 2021, 14:34 WIB
Bernostalgia, Buku Matematika di Abad Ke-19 Ini Memberi Wawasan Kebudayaan Indonesia di Masa Kolonial Belanda/ facebook.com/KhirJohari //Rianti Setyarini/

KABAR BESUKI - Seorang pengguna Facebook, Khir Johari dalam salah satu unggahannya menemukan sebuah buku kuno milik bangsa Indonesia pada saat masa kolonial Belanda sekitar 140 tahun lalu.

Buku tersebut sepertinya adalah buku sekolahan yang digunakan untuk mengajarkan murid mengenai matematika dasar.

Buku itu berjudul "Inilah ‘Beberapa Hitoengan’ akan dipergoenaken di Sekola Malajoe terkarang oleh R. Brons Middel. Kitab Jang Pertama. Tertjitak di Bandar Betawi pada Pertjitakan Gowernemen, 1881".

Atau yang jika diterjemah kan dengan ejaan sekarang "Inilah Beberapa Hitungan yang Dipergunakan di Sekolah Melayu, Dikarang Oleh R. Brons Middel. Edisi Pertama. Dicetak di Bandar Betawai pada Percetakan Gowernemen, 1881".

Baca Juga: Wanita Harus Tau, Ternyata Inilah Makna Tersembunyi Dibalik Hadiah yang Diberikan Pria

Ia juga mengunggah beberapa halaman buku tersebut dan terlihat jika buku itu memang sangat usang termakan oleh waktu.

Dalam unggahannya, Johari juga mengemukakan mengenai penemuannya ini dengan kejadian di masa lampau etika Indonesia masih dibawah kepemimpinan kolonial Belanda.

Buku Beberapa Hitoengan ini sepertinya digunakan untuk mengajari murid-murid sekolah dasar, jika dilihat dari materi yang diajarkannya.

Sebagian besar berisi tentang perhitungan matematika yang menggunakan perumpamaan kehidupan sehari-hari.

Baca Juga: 6 Cara Ampuh Mendekati Wanita Tanpa Ditolak, Bahkan Bisa Klepek-klepek Jatuh Dipelukan Anda

Buku ini dinilai membuka wawasan kita mengenai hal-hal yang terjadi pada Indonesia di abad 19 ketika berada di bawah kolonialisme Belanda.

"Bukan, (buku ini) bukan tentang angka. Buku ini memberitahu kita lebih banyak tentang kehidupan manusia biasa, sehari-sehari manusia pada waktu yang berbeda," tulis Johari.

Ia melanjutkan, buku ini memberi kita pandangan berbeda mengenai masyarakat, budaya dan orang-orang yang hidup di masa itu.

Johari membeberkan 20 poin penting yang ia temui dalam buku ini.

Baca Juga: Vaksin COVID-19 AstraZeneca Ada Efek Samping? Kenali dan Pahami

Diantaranya adalah penyebutan Melayu (Malajoe dalam ejaan Belanda) yang masih digunakan hingga akhirnya diganti menjadi Bahasa Indonesia seperti sekarang ini setelah Indonesia memperoleh kemerdekaan.

Buku ini juga banyak menyebut tentang "Kota Batavia" atau yang sekarang kita kenal sebagai Jakarta.

Dalam buku ini disediakan perhitungan sederhana mengenai uang sewa, pinjaman, cicilan, upah, dan utang piutang.

Penyebutan mengenai suku-suku budaya Indonesia seperti "orang Arab", orang Tjina", orang Djawa", dan orang Madoera" juga sering disinggung.

Baca Juga: Mengupas Efek Samping dari Vaksin COVID-19 Bernama Astrazeneca, Ternyata Seperti Ini lho

Kemudian penggunaan sistem pengukuran dan mata uang juga sangat berbeda pada masa sekarang. Misalnya seperti 1 ringgit setara dengan 2.5 rupiah, 1 perak setara dengan 100 sen, dan 1 talen setara 25 sen.

Dalam buku ini juga banyak melibatkan konsep "merantau" dimana masyarakat bermigrasi untuk memperoleh penghidupan yang lebih baik untuk keluarganya.

Perbedaan mengenai status sosial pun masih cukup kental dengan seringnya penyebutan "orang kampoeng".

Selain itu, kesenjangan sosial berdasarkan jenis kelamin juga menjadi poin penting dalam buku ini.

Perempuan selalu mendapat upah yang lebih kecil ketingbang laki-laki dimana hal itu sangat menyedihkan.

Baca Juga: 8 Cara mengetahui Orang yang Memiliki Kepercayaan Diri Berdasarkan Pola Pikir dan Perilaku

Beberapa kata-kata yang sudah tidak kita temui lagi di masa sekarang, seringkali muncul dalam buku tersebut.

Misalnya seperti nyiur atau krambil (kelapa), pedati, kain tjita, oentjang, destar, dan masih banyak lagi.

Johari menutup unggahan ini dengan sebuah pertanyaan, seperti kalangan mana buku ini ditujukan, atau apakah jika buku ini dipergunakan untuk kalangan berada saja.

Penemuan buku ini menjadi pengingat bahwa perubahan zaman telah mengubah banyak hal mulai dari kesenjangan sosial, ekonomi, hingga budaya.***

Editor: Ayu Nida LF

Sumber: Facebook

Tags

Terkini

Terpopuler