Dosen UII Sebut Bahwa Tanaman Obat Covid-19 Sudah Tertera di Dalam Al-Quran, Ini Faktanya!

12 Maret 2021, 18:38 WIB
Ilustrasi Covid-19. /Pexels/Edward Jenner /

KABAR BESUKI – Guru Besar Bidang Farmasetika Universitas Islam Indonesia (UII) Prof. Yandi Syukuri menyebutkan sejumlah tanaman yang potensial dikembangkan menjadi obat Covid-19 terkandung dalam kitab suci Al-Quran.

“Menemukan data ilmiah dari Al-Quran belakangan ini meningkat seiring dengan penyelidikan ilmiah modern. Banyak ayat dalam Al-Quran yang menjelaskan pentingnya tumbuhan,” kata Yandi saat menyampaikan pidato ilmiah dalam Rapat terbuka Senat Milad ke-78 UII di Kampus UII Yogyakarta pada Jumat, 12 Maret 2021.

Menurutnya, dari 27 spesies tumbuhan yang disebutkan dalam Al-Quran dan Hadits, beberapa yang mudah ditemukan yaitu jinten hitam (habatussauda), madu, bawang putih, kurma, labu, zaitun, adas, delima, anggur, kayu arak atau siwak, bawang merah, tin, dan jahe.

Di antara tanaman tersebut yang sangat potensial untuk dikembangkan sebagai obat Covid-19 yaitu jahe, serta jinten hitam (habatussauda).

Baca Juga: Peringatan Isra' Mi'raj, Gubernur Khofifah: Renungan Isra Miraj, Salat Ajarkan Manusia untuk Disiplin

Hal ini didasari salah satu studi pemodelan molekul (molecular docking) untuk memprediksi interaksi protein host-virus di lokasi masuknya SARS-CoV-2 menunjukkan efek penghambatan konstituen jahe.

Selain itu, jahe merupakan suplemen peningkat kekebalan alami, serta bahan penyusun formulasi herbal yang direkomendasikan oleh Badan POM sebagai tindakan pencegahan untuk meningkatkan kekebalan tubuh setelah wabah Covid-19.

“Sehingga sebagai penghambat masuk SARS-CoV-2, jahe juga dapat menjadi suplemen yang aman dan andal untuk memitigasi Covid-19 untuk mengurangi infektivitas karena juga memiliki aktivitas antibakteri dan pendorong imunitas,” kata dia.

Adapun jintan hitam atau habatussauda, kata dia, memiliki aktivitas antivirus, antioksidan, antiradang, antikoagulan, imunmodulator, bronkodilator, antitusif, antipiretik, dan analgesik.

“sehingga ini akan menjadi kandidat herbal potensial untuk mengobati pasien dengan Covid-19,” kata Yandi.

Baca Juga: Bangun Kepercayaan Publik, Kepala Balitbang Kemendagri Ajak ASN Banyuwangi Lanjutkan Tradisi Inovasi

Menurut Yandi, saat ini pengobatan alami digunakan oleh sekitar 80 persen populasi dunia, terutama di negara berkembang untuk perawatan kesehatan primer.

Alasannya, karena dapat diterima secara budaya, serta kemudahan akses dan keterjangkauan.

“Oleh karena itu, produk alami yang disebutkan dalam Al-Quran dan Hadits telah menarik perhatian ahli botani, ahli biokimia, dan farmakognosi, sehingga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut,” ucapnya.

Baca Juga: Kemenkes: Enam Kasus B117 di Indonesia Ternyata Tidak Berasal dari Jakarta, Ini Penjelasannya

Tanaman yang berkhasiat sebagai imunnomodulator, menurutnya memainkan peran penting dalam pengobatan infeksi inflamasi, dan imunodefisiensi melalui efeknya pada berbagai sel.

“Mekanisme kerjanya bisa sebagai imunodulator, imunosupresi, atau imunoadjuvan untuk meningkatkan respon imun spesifik antigen,” ungkap Yand Syukuri.***

 

Editor: Ayu Nida LF

Sumber: ANTARA

Tags

Terkini

Terpopuler