Lebih dari 533 Juta Data di Facebook Bocor, Lebih dari 106 Negara yang Mengalami Termasuk Indonesia

4 April 2021, 10:47 WIB
Ilustrasi kebocoran data Facebook. /unsplash.com/Glen Carrie

KABAR BESUKI - Facebook, Inc. adalah sebuah layanan jejaring sosial berkantor pusat di Menlo Park, California, Amerika Serikat yang diluncurkan pada bulan Februari 2004. Per September 2012, Facebook memiliki lebih dari satu miliar pengguna aktif, lebih dari separuhnya menggunakan telepon genggam.

533 juta data pribadi pengguna Facebook bocor, mulai dari nomor telepon, ID, nama lengkap, lokasi, tanggal lahir, hingga alamat email.

Kebocoran data pengguna Facebook ini diungkap oleh akun Twitter @UnderTheBreach. Data yang bocor berasal dari 106 negara, termasuk pengguna Facebook dari Indonesia.

Baca Juga: 6 Panggilan Sayang yang Bisa Membuat Hubungan Jadi Asik dan Nggak Bosan, Generasi 90an Pasti Tahu

Juga termasuk lebih dari 32 juta catatan pengguna di AS, 11 juta pengguna di Inggris, dan 6 juta pengguna di India. Sementara data pribadi pengguna Facebook dari Indonesia lebih dari 130 ribu.

Meski sudah terjadi dua tahun lalu, data pengguna Facebook yang bocor dapat memberikan informasi berharga bagi penjahat siber yang menggunakan informasi pribadi seseorang untuk menyamar atau menipu mereka.

Pendiri perusahaan intelijen kriminal siber Hudson Rock dari Israel, Alon Gal, data tersebut valid, setelah dicek keasliannya terutama ke beberapa nomor telepon milik orang yang ia kenal.

Sejumlah jurnalis juga bisa mencocokkan nomor telepon ke informasi lain yang ada di basis data tersebut.

Baca Juga: Sebanyak 500 Data Pengguna Facebook Dikabarkan Diretas oleh Orang Tidak Dikenal

Baca Juga: Ahli Mengatakan: Perlu Waspada Sebelum Mengonsumsi Suplemen, Terutama Suplemen Kesehatan Tubuh

Facebook dalam keterangan resmi menyebut data tersebut sudah "sangat lama" dan berkaitan dengan masalah yang sudah diperbaiki pada Agustus 2019.

Gal menilai pengguna Facebook harus diperingatkan tentang serangan rekayasa sosial, social engineering, yang ingin mendapatkan nomor telepon atau data pribadi lainnya.

Alon Gal, CTO dari firma intelijen kejahatan siber Hudson Rock, pertama kali menemukan data yang bocor secara online pada Sabtu, 3 April 2021.

Gal menilai Facebook dapat melakukan banyak hal ketika datanya sudah beredar.

Perusahaan dapat memberi tahu pengguna yang terpengaruh sehingga mereka dapat mengantisipasinya jika ada panggilan spam dan penipuan.

Baca Juga: Tahukah Anda, Pentingnya Sentuhan Fisik untuk Kesehatan Tubuh dan Mental

Kasus kebocoran data pengguna yang terjadi di Facebook bukan pertama kalinya. Cambridge Analytica yang notabene adalah firma konsultasi dari Inggris sekaligus pihak ketiga Facebook, mengambil 87 juta data pribadi pengguna Facebook tanpa persetujuan perusahaan.

Data tersebut digunakan untuk kebutuhan iklan politik dan membantu kampanye Donald Trump untuk memenangkan kursi Presiden AS pada 2016 silam. Skandal ini diungkap The Guardian dan The New York Times tahun 2018.***

Editor: Yayang Hardita

Sumber: Antaranews.com

Tags

Terkini

Terpopuler