KABAR BESUKI – Terkait masalah kebocoran data 530 juta pengguna Facebook yang bocor pada 2019 lalu, pihak Facebook menyebutkan bahwa masalah tersebut sudah tidak ada lagi
"Sebagai hasil dari tindakan yang kami ambil, kami yakin masalah spesifik yang menyebabkan peretas bisa mengambil data tersebut pada 2019 sudah tidak ada lagi," kata Facebook di blog resmi, dikutip Kabar Besuki dari laman ANTARA pada 7 April 2021.
Sejumlah data milik Mark Zuckerberg disebut-sebut turut serta tersebar dalam kasus kebocoran data milik lebih dari 500 juta pengguna Facebook.
Baca Juga: Polri Cabut Telegram Kontroversial yang Beredar di Masyarakat, Begini Isi Surat Sebenarnya
Peneliti keamanan siber Dave Walker menyebutkan data sang CEO, bersama pendiri Facebook lainnya Chris Hughes dan Dustin Moskovitz, turut tersebar.
"Berkaitan dengan #FacebookLeak, milik 533 juta orang, ironi bahwa Mark Zuckerberg, sayangnya, termasuk juga dalam kebocoran data ini," cuit Walker.
Facebook menyatakan bahwa data tersebut sudah lama dan sudah dilaporkan pada 2019 lalu.
"Kami menemukan dan mengatasi masalah ini pada Agustus 2019," ujar pihak Facebook.
Namun dalam kesempatan tersebut, pihak Facebook tidak memberi keterangan pasti apakah benar data milik Mark Zuckerberg juga bocor dalam kasus ini.
Menurut kabar yang beredar, data Zuckerberg yang bocor antara lain nomor ponsel, identitas pengguna /Facebook, lokasi, tanggal lahir dan status pernikahan.
Terkait bocornya data pengguna Facebook ini, pihaknya mengatakan bahwa data tersebut diambil bukan dengan cara meretas sistem mereka, namun dengan metode ‘scraping’ yang dilakukan sebelum September 2019.
Scraping dilakukan dengan memasang perangkat lunak otomatis untuk mengambil informasi publik yang ada di internet. Menurut Facebook, peretas menyalahgunakan fitur impor kontak, yang biasanya digunakan untuk menemukan teman yang juga memiliki akun di Facebook.
"Ketika kami menyadari aktor jahat menggunakan fitur ini pada 2019, kami membuat perubahan untuk fitur itu," kata Facebook.
Selanjutnya, Facebook juga menyatakan bahwa tidak ada informasi tentang finansial, kesehatan dan kata kunci yang diambil.
Oleh karena itu, untuk mencegah kejadian serupa, selain membentuk tim keamanan, Facebook juga meminta pengguna mereka mengecek secara rutin pengaturan privasi, menggunakan fitur keamanan otentikasi dua faktor dan bijak memilih informasi yang ditampilkan untuk umum.***