KABAR BESUKI - KPI Akhirnya angkat suara tentang penyiaran artis Saipul Jamil. Netizen juga sudah melakukan untuk memboikot artis Saipul Jamil yang menjadi tersangka kasus pelecehan seksual.
Banyak netizen yang geram karena KPI terlambat dalam melakukan kebijakkan dan angkat suara terkait artis Saipul Jamil yang sudah berkeliaran bebas menunjukkan wajahnya di televisi.
Hal ini dianggap Saipul Jamil tak memiliki rasa malu, dan prihatin terhadap mental korban pelecehan seksual yang sudah ia lakukan.
Baca Juga: Virus Covid-19 Varian Baru 'Mu' Dipastikan Belum Masuk ke Indonesia
Baru-baru ini KPI mengunggah foto dan caption di akun instagramnya @kpipusat, "Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) meminta seluruh lembaga penyiaran televisi untuk tidak melakukan amplifikasi dan glorifikasi (membesar-besarkan dengan mengulang dan membuat kesan merayakan) tentang pembebasan Saipul Jamil dalam isi siaran," tulisya.
KPI melarang agar tidak mengulang dan tidak merayakan tentang pembebasan Saipul Jamil didalam siarannya.
"Permintaan ini merespon sentimen negatif publik terkait pembebasan dan keterlibatan yang bersangkutan di beberapa program acara TV," ujarnya.
Baca Juga: Protes atas Glorifikasi Saipul Jamil, Arie Parikesit Mundur Sebagai Host 'Kelana Rasa' di Trans TV
KPI menganggap bahwa ini adalah merespon sentimen negatif publik, dan keterlibatan Saipul di beberapa program acara TV.
Hal ini membuat warganet geram, apa yang dimaksud dengan Sentimen negatif publik? Menanggapi hal ini ada netizen yang memberikan komentar negatif dan menilai bahwa KPI tak berguna.
"Dahlah kpi bubar aja ga guna," tulis @lusyardiii.
"Kenapa kebanyakkan harus karna sentimen publik sih yaa, bukan karena opsi lembaga sendiri. Kayak selalu nunggu viral baru ada aksi," @diodewananda.
"Pengalihan isu Kasus perundungan yg Dialami MS," tulis @ariesmuhammd.
"Akhirnya setelah di viralkan dan di petisi KPI bertindak jg," tulis @althaf_partb.
"Lu mending bubar aja deh, komisi gak berguna," tulis @sskrzk.
KPI baru menanggapi dan turun tangan saat kasus Saipul Jamil ini sudah viral.
“Kami berharap seluruh lembaga penyiaran memahami sensitivitas dan etika kepatutan publik terhadap kasus yang telah menimpa yang bersangkutan dan sekaligus tidak membuka kembali trauma yang dialami korban,” tutupnya.***