Mengenaskan! Bayi Gajah Sumatera di Aceh Meninggal, Ini Ternyata Penyebabnya

- 5 Maret 2021, 13:38 WIB
Gajah
Gajah /Pixabay/
KABAR BESUKI - Seekor bayi Gajah Sumatera di Aceh dikabarkan tidak sanggup bertahan hidup dan akhirnya meninggal. Hal tersebut dinyatakan oleh BKSDA (Balai Konservasi Sumber Daya Alam) Aceh.
 
Spesies gajah dengan nama latin elephas maximus sumatramus tersebut diketahui terjebak di lumpur sebelum akhirnya diselamatkan dan dibawa ke PKG (Pusat Konservasi Gajah) Kabupaten Aceh Besar untuk diberikan perawatan.
 
Agus Arianto selaku Kepala BKSDA Aceh di Banda Aceh, Jumat, mengatakan bayi gajah berjenis kelamin betina tersebut sebelumnya sempat dalam kondisi membaik, sampai akhirnya kembali memburuk beberapa hari terakhir sebelum meninggal.
 
"Kematian bayi gajah betina itu terjadi pada Rabu, 3 Maret 2021 pukul 06.00 WIB. Bayi gajah yang diberi nama Inong itu sedang dalam perawatan intensif. Kondisi satwa tersebut kembali menurun sejak tanggal 1-2 Maret lalu," kata Agus sebagaimana dikutip Kabar Besuki dari laman ANTARA.
 
Hasil nekropsi atau bedah bangkai yang dilakukan oleh tim medis BKSDA Aceh, ditemukan organ jantung mengeras di bagian otot, dinding atrium kiri menebal, sehingga menyebabkan penyempitan yang mengakibatkan kesulitan memompa darah.
 
"Kemudian gangguan sistem pencernaan ditemukan hemoragi pada penggantung usus, serta ditemukan abnormalitas pada tulang kaki dan persendian kaki depan karena dislokasi," kata Agus Arianto.
 
BKSDA Aceh sebelumnya bekerja sama dengan mitra untuk mengevakuasi satu individu bayi gajah Sumatera yang terjebak di kubangan lumpur di Kecamatan Tiro, Kabupaten Pidie.
 
Agus mengungkapkan bahwa evakuasi dilakukan setelah masyarakat sekitar berusaha untuk mengeluarkan bayi gajah tersebut dari kubangan lumpur di Desa Panton Bunot.
 
"Bayi gajah tersebut diperkirakan terjebak di kubangan lumpur sudah berhari-hari. Kemudian, masyarakat berhasil mengeluarkannya dari kubangan dan menginformasikannya kepada kami," kata Agus.
 
Dari informasi tersebut, kata Agus, BKSDA menurunkan tim terdiri dari dokter hewan, Pusat Kajian Satwa Liar Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, dan Pusat Konservasi Gajah (PKG) Saree, Aceh Besar.
 
"Kondisi bayi gajah saat penanganan tim sangat lemah dan kritis. Bayi gajah tersebut berkelamin betina, usia diperkirakan sekitar tiga minggu dengan berat sekitar 85 kilogram," kata Agus.
 
Agus kemudian menjelaskan jika bayi gajah tersebut dievakuasi ke PKG Saree untuk penanganan lebih lanjut. Hal tersebut didasari oleh pemeriksaan awal tim medis yang mengatakan bahwa kondisi bayi gajah tersebut lemah dan kritis.
 
Dari hasil pemeriksaan lebih lanjut, diketahui kaki kiri depan bayi gajah mengalami dislokasi. Kedua kaki belakang mengalami kelumpuhan sehingga bayi gajah tersebut tidak mampu berdiri.
 
Tim medis memberikan perawatan khusus untuk membantu mengurangi rasa sakit, pengobatan luka infeksi, hingga membantu melatih untuk merangsang otot-otot serta syaraf bayi gajah dengan menggunakan alat bantu topang. 
 
Pemberian asupan nutrisi juga diberikan berupa susu formula sebagai pengganti air susuk induk yang diberikan menggunakan selang infus.
 
"Kami menyampaikan terima kasih kepada tim medis dan PKSL Universitas Syiah Kuala yang telah memberikan upaya maksimal dalam perawatan bayi gajah yang diberi nama Inong itu. Kami juga berterima kasih kepada Camat Tiro dan masyarakat Panton Bunot, serta pihak terkait yang telah menyelamatkan bayi gajah Sumatera tersebut," ucapnya.
 
Agus menjelaskan bahwa gajah Sumatera merupakan salah satu satwa liar yang dilindungi. Berdasarkan data organisasi konservasi alam dunia, IUCN, gajah Sumatera hanya ditemukan di Pulau Sumatera.
 
"Satwa tersebut masuk spesies terancam kritis dan berisiko tinggi untuk punah di alam liar. Kami mengajak masyarakat bersama-sama menjaga kelestarian gajah Sumatera," kata Agus.***

Editor: Ayu Nida LF

Sumber: ANTARA


Tags

Terkini

x