Info Covid-19 Terkini: Denmark Temukan Kasus Darurat Setelah Vaksinasi AstraZeneca

- 21 Maret 2021, 19:57 WIB
Ilustrasi vaksin AstraZeneca,
Ilustrasi vaksin AstraZeneca, /Galang Garda S/sumber: Pikiran Rakyat

KABAR BESUKI - Denmark telah melaporkan bahwa ada dua kasus darurat setelah melakukan melakukan Vaksin, Sabtu, 20 Maret 2021.

Dilansir Kabar Besuki dari Reuters, Satu orang telah meninggal dunia dan satunya lagi jatuh sakit parah dengan pembekuan darah dan pendarahan otak setelah enerima vaksinasi COVID-19 AstraZeneca.

"Dua orang tersebut merupakan anggota staf rumah sakit yang telah menerima vaksin AstraZeneca kurang dari 14 hari sebelum jatuh sakit," kata otoritas yang menjalankan rumah sakit umum di Kopenhagen tersebut.

Baca Juga: Jika Anda Memiliki Air Botol Ini di Rumah, Berhenti Meminumnya Sekarang

Badan Obat Denmark juga mengkonfirmasi telah menerima dua laporan serius tersebut, tanpa memberikan rincian lebih lanjut. Dalam laporan tersebut tidak ada rincian kapan staf rumah sakit mengalami keluhan.

Denmark juga telah berhenti menggunakan vaksin AstraZeneca pada 11 Maret, termasuk beberapa negara yang untuk sementara menghentikan penggunaan vaksin setelah adanya laporan kasus pembekuan darah otak yang langka membuat para ilmuwan dan pemerintah berupaya untuk menemukan hubungannya dengan vaksinasi.

Beberapa negara termasuk Jerman dan Prancis minggu ini membalikkan keputusan mereka untuk menangguhkan penggunaan vaksin menyusul penyelidikan terhadap laporan pembekuan darah oleh pengawas obat Uni Eropa, yang mengatakan pada hari Kamis pihaknya masih yakin bahwa manfaat vaksin lebih besar daripada risikonya.

Baca Juga: Jelang Dimulainya Pembelajaran Tatap Muka di Sekolah, Wagub DKI Jakarta: Pelajar Harus Divaksin Dulu

Denmark bersama dengan Swedia dan Norwegia mengatakan pada hari Jumat,19 Maret, bahwa mereka membutuhkan lebih banyak waktu untuk memutuskan apakah akan menggunakan vaksin tersebut.

"Kami memprioritaskan laporan dugaan efek samping serius seperti ini dan memeriksanya secara menyeluruh untuk menilai apakah ada kemungkinan terkait dengan vaksin," kata Tanja Erichsen, penjabat direktur Pharmacovigilance di Badan Obat-obatan Denmark, Sabtu, 20 Maret 2021

"Kami juga masih dalam proses menangani dua kasus spesifik," imbuhnya

Direktur European Medicines Agency (EMA) Emer Cooke mengatakan pada hari Kamis,18 Maret, bahwa pengawas tidak dapat secara pasti mengesampingkan hubungan antara insiden pembekuan darah dan vaksin dalam penyelidikannya.

Baca Juga: Setiap Perjalanan adalah Pelajaran, Berikut Hikmah dari Perjalanan Kisah Hidup Nabi Yunus

EMa juga mengatakan bahwa tinjauan tersebut adalah manfaat dalam melindungi orang dari risiko kematian atau rawat inap. Masalah ini membutuhkan analisis lebih lanjut.

Ruang lingkup dalam tinjuan EMA mencakup 20 juta orang di Inggris dan Wilayah Ekonomi Eropa (EEA), yang menghubungkan 30 negara Eropa, termasuk tujuh kasus pembekuan darah di beberapa pembuluh darah dan 18 kasus kondisi langka yang sulit diobati yang disebut vena serebral. trombosis sinus (CVST).

AstraZeneca, yang mengembangkan suntikan dengan Universitas Oxford, mengatakan tinjauan yang mencakup lebih dari 17 juta orang yang telah menerima suntikan di UE dan Inggris tidak menemukan bukti peningkatan risiko pembekuan darah.

Baca Juga: Penelitian Ungkap, Pria Ternyata Lebih Menyukai Wanita Cantik Dibanding Wanita Pintar

Perusahaan tersebut menolak mengomentari kasus baru di Denmark. Belum ada pernyataan resmi terkait kasus tersebut.

Dilain kesempatan kepala medis AstraZeneca, mengungkapkan bahwa keamaan vaksin merupakan hal yang terpenting.

Baca Juga: Gubernur Ganjar Pranowo Minta Menteri Kesehatan Perbanyak Sentra Vaksinasi di Jawa Tengah

“Keamanan vaksin adalah yang terpenting dan kami menyambut baik keputusan regulator yang menegaskan manfaat luar biasa dari vaksin kami dalam menghentikan pandemi. Kami percaya bahwa, setelah keputusan hati-hati dari regulator, vaksinasi dapat dilanjutkan kembali di seluruh Eropa” ungkap Ann Taylor Kepala Petugas Medisnya, secara terpisah, Kamis, 18 Maret.***

Editor: Ayu Nida LF

Sumber: REUTERS


Tags

Terkini