Maraknya Kasus Terorisme di Indonesia, Pengamat: Generasi Milenial Telah Menjadi Target Perekrutan Teroris

- 2 April 2021, 08:15 WIB
Pengamat Militer dan Intelejen Susaningtyas
Pengamat Militer dan Intelejen Susaningtyas /ANTARA FOTO/

KABAR BESUKI - Kejadian tindak terorisme tidak bisa dianggap remeh, karena beberapa hari terakhir Indonesia kerap berurusan dengan para terduga teroris lainnya yang tersebar di Tanah Air.

Sebuah aksi penembakan di Markas Besar Polri yang dilakukan oleh terduga teroris berjenis kelamin perempuan berusia 26 tahun telah membuat negara berada dalam status siaga.

Sebelumnya, pada Minggu 28 maret 2021 juga terjadi sebuah aksi bom bunuh diri di Gereja Katedral Kota Makassar, dimana pelakunya merupakan pasangan yang juga masih berusia 26 tahun.

Baca Juga: Menuju Minggu Paskah, Inilah 6 Ritual dan Tradisi Paskah yang Diadakan Beberapa Wilayah di Indonesia

Menanggapi hal ini, Susaningtyas Kertopati yang merupakan seorang pengamat Militer dan Intelijen, serta mantan anggota DPR, mengatakan jika aksi terorisme yang terjadi dalam beberapa hari terakhir ini menunjukkan perekrutan teroris yang menargetkan generasi milenial, seperti dilansir Kabar Besuki dari Antara.

"Milenial kebanyakan masih mencari jati diri dan mengikuti arah pihak yang paling berpengaruh," kata Susaningtyas yang kerap dipanggil Nuning melalui siaran pers di Jakarta pada Kamis 1 Maret.

Ia melanjutkan jika para terduga teroris ini merupakan korban dari penetrasi ideologi kekerasan global yang sudah masuk ke Indonesia.

Menurutnya pola rekrutmen ini juga menjadi lebih terbuka dengan menggunakan ruang publik seperti sekolah, kampus, dan perkumpulan kegiatan keagamaan.

Baca Juga: Vaksin Pfizer Diklaim 91 Persen Efektif untuk Menangkal COVID-19 Jenis Varian dari Afrika Selatan

"Oleh karenanya, pemerintah juga harus melibatkan milenial sebagai upaya melakukan pencegahan agar tidak ada perekrutan baru," kata Nuning.

Nuning juga menjelaskan jika menganalisa kejadian terorisme harus holistik. 

"Kejadian bom bunuh diri itu tentu saja sinyal bahwa mereka ingin menunjukkan eksistensinya. Oleh karena itu harus dikenali embrio terorisme di Indonesia itu apa saja," lanjutnya.

Menurutnya, terorisme selain dilakukan secara tertutup juga bisa saja menggunakan ruang publik untuk proses penjaringan, misalnya seperti melalui media sosial.

Baca Juga: Sungguh Luar Biasa Manfaat Mengonsumsi Bawang Putih untuk Tubuh, Salah Satunya Mencegah Kanker

Yang paling harus diwaspadai adalah 'enabling environment', yaitu suatu bentuk normalisasi hal yang seharusnya tidak normal namun dibuat seakan menjadi normal.

Ia juga menjelaskan, jika hal ini semakin merajalela, maka militer harus turun tangan.

Untuk saat ini, penanganan terorisme di Indonesia cenderung masih dalam klasifikasi kejahatan terhadap publik, sehingga masih harus ditangani oleh Polri.

"Jika terorisme mengancam keselamatan Presiden atau pejabat negara lainnya sebagai simbol negara, maka terorisme tersebut menjadi kejahatan terhadap negara dan harus ditanggulangi oleh TNI," jelas Nuning.

Baca Juga: Terjadi Lagi! Ketiga Kalinya Penembakan di Amerika, 4 Orang Meregang Nyawa

Aksi penembakan yang dilakukan oleh terduga teroris di Mabes Polri pada Rabu 31 Maret 2021 merupakan sebuah aksi ‘lone wolf’ atau bertindak sendiri.

Terduga teroris yang bernama Zakiah Aini tersebut langsung dilumpuhkan oleh pihak kepolisian di lokasi dengan melakukan tindakan terukur, yang mengakibatkan terduga teroris tersebut tewas di tempat.***

Editor: Ayu Nida LF

Sumber: ANTARA


Tags

Terkini