Salut, Bermodalkan Wayang dan Boneka Seorang Mantan Guru di Indramayu Ajak Anak-Anak Selamatkan Mangrove

- 5 April 2021, 12:03 WIB
foto: Samsudin, 50, bertopi badak memegang boneka yang menggambarkan primata endemik Indonesia orangutan dan monyet ekor panjang, saat membawakan dongeng untuk anak-anak di Kabupaten Indramayu, Provinsi Jawa Barat, Indonesia.
foto: Samsudin, 50, bertopi badak memegang boneka yang menggambarkan primata endemik Indonesia orangutan dan monyet ekor panjang, saat membawakan dongeng untuk anak-anak di Kabupaten Indramayu, Provinsi Jawa Barat, Indonesia. /Prasetyo Bagus P/REUTERS / Willy Kurniawan

KABAR BESUKI - Di dalam lumpur hingga setinggi lutut, sekelompok kecil anak muda Indonesia menanam pohon bakau di sepanjang garis pantai yang terbuka di sebelah Laut Jawa di bawah pengawasan pemerhati lingkungan setempat.

Mantan guru sekolah, Samsudin kini mengabdikan hidupnya untuk konservasi dan menggunakan wayang serta mendongeng untuk menyebarkan pesannya kepada kaum muda tentang pentingnya melindungi hutan bakau di daerah yang mengalami erosi pantai besar-besaran.

“Agar tidak terjadi pasang surut, kami menanam bakau, hutan untuk hewan-hewan, dan oksigen agar kami dapat hidup. Saya merangkai semuanya ke dalam cerita saya,” kata Samsudin, 50, sambil merenungkan bagaimana beberapa orang di daerah itu melihat bakau sebagai “gangguan” dan akan digusur (pembalakan liar).

Baca Juga: 4 Penyebab Sakit Pada Leher Sekaligus Cara Ampuh Mengobatinya, Jangan Sampai Terlalu Parah

Baca Juga: Memperoleh Penghasilan Fantastis dari Instagram, Inilah 10 Selebriti Dunia dengan Pendapatan Terbanyak 2021

Baca Juga: Korban Banjir dan Tanah Longsor di NTT Terus Bertambah, Warga Setempat Lakukan Evakuasi Mandiri

Dikutip dari Reuters, Indonesia adalah rumah bagi lebih dari seperlima hutan bakau dunia, yang secara alami membantu mencegah air pasang tinggi.

Namun selama bertahun-tahun, masyarakat pesisir telah menebang pohon untuk membuka jalan bagi tambak ikan dan udang, serta untuk sawah.

Samsudin mengajar anak-anak setempat yang berusia 11-15 tahun, tiga kali seminggu tentang cara menjaga lingkungan, terkadang menggambarkannya dengan boneka monyet dan orangutan.

Halaman:

Editor: Yayang Hardita

Sumber: REUTERS


Tags

Terkini

x