Lestarikan Budaya Indonesia, Inilah 7 Tradisi Unik Menyambut Bulan Ramadhan

- 14 April 2021, 14:05 WIB
Foto acara tradisi Munggahan di KBRI Quito/laman resmi/Kemenlu.go.id
Foto acara tradisi Munggahan di KBRI Quito/laman resmi/Kemenlu.go.id //Aini/

KABAR BESUKI-Bulan Ramadhan merupakan bulan yang paling ditunggu-tunggu oleh umat Muslim di seluruh dunia. Pasalnya, bulan ramadhan tersebut menyimpan berbagai makna penting dalam ajaran Islam, salah satunya adalah sebagai bulan diturunkannya kitab suci Al-Qur'an dan bulan penuh berkah serta ampunan.

Selama bulan Ramadhan berlangsung, seluruh umat Muslim diwajibkan untuk menjalankan ibadah puasa selama 30 hari dan merayakan kemenangannya pada perayaan Idul Fitri yang jatuh pada tanggal 1 Syawal dalam kalender Hijriah.

Sebagai negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia, tentunya bulan puasa selalu disambut dengan begitu meriah oleh berbagai masyarakat di penjuru Nusantara.

Baca Juga: Siswa Ngumpet di bawah Meja saat Jokowi Datang? 'Mereka Ngumpet Karna yang Datang Itu Bencana' [Cek Fakta]

Perbedaan ragam suku dan budaya tidak menjadi penghalang bagi masyarakat Indonesia untuk merayakan datangnya bulan suci dengan keunikannya masing-masing, layaknya semboyan “Bhineka Tunggal Ika” yang memiliki makna ‘berbeda-beda, tapi tetap satu’.

Melansir dari Laman travel wego, berikut ini tradisi unik masyarakat Indonesia menyambut bulan Ramadhan:

1.Munggahan, Jawa Barat

Tradisi unik yang dilakukan oleh masyarakat di daerah Jawa Barat ini berasal dari bahasa Sunda, yang berarti “sampai ke”. Masyarakat Jawa Barat memaknai tradisi Munggahan sebagai sesampainya mereka di bulan Ramadhan.

Oleh karena itu, Munggahan kerap dilakukan pada akhir bulan Sya'ban atau beberapa hari sebelum memasuki bulan Ramadhan.

Baca Juga: Heboh Rekaman Suara Habib Rizieq Disiksa Satuan Polri Densus 88 Beredar di Medsos, Ini Faktanya!

Tradisi yang sudah ada sejak masuknya ajaran Islam di tanah Sunda tersebut dilaksanakan dengan botram atau makan bersama, saling meminta maaf, bersilaturahmi ke rumah keluarga serta kerabat, dan melakukan bebersih di tempat ibadah dan makam keluarga.

Munggahan dilakukan sebagai wujud rasa syukur kepada Allah serta untuk upaya membersihkan diri dari hal-hal buruk sebelum memasuki bulan suci Ramadhan.

2. Megengan, Jawa Timur

Nama Megengan memiliki arti “menahan”, yang dimaknai oleh warga Jawa Timur sebagai tradisi untuk menahan hawa nafsu sebagai persiapan menjelang bulan Ramadhan. Tradisi ini sendiri umumnya ditandai dengan selamatan yang diadakan di masjid maupun mushola dan dihadiri oleh warga di sekitarnya.

Dalam Megengan, seorang ustadz akan memimpin doa untuk memohon keselamatan dan kekuatan dalam menjalankan ibadah puasa.

Ketika Megengan, warga yang hadir ke selamatan akan membawa nasi yang kerap disebut sego berkat, yang berisi sayur, lauk pauk, dan kue khas Jawa Timur.

Setelah pembacaan doa, setiap orang yang hadir dapat mengambil sego berkat milik siapa saja dan menyantapnya. Tradisi ini pun dipercaya membawa nilai-nilai kebaikan seperti membawa rezeki, menanamkan sifat ikhlas, dan memupuk kebersamaan antar sesama umat Muslim

Baca Juga: Resmi! Kapolri Launching Aplikasi Sinar, Perpanjangan SIM Bisa Dimana Saja, Ini Alur dan Biayanya

2. Nyorog, Betawi

Tradisi Betawi yang disebut dengan Nyorog dilakukan dengan membagikan bingkisan kepada saudara-saudara sebelum memasuki bulan puasa dan juga sebelum Idul Fitri.

Tradisi yang dilakukan oleh warga Betawi di Jakarta ini umumnya berawal dari anggota keluarga termuda yang mengunjungi saudara-saudaranya yang lebih tua dan orang yang dituakan di kampungnya, lalu membagikan bingkisan berupa sembako dan makanan khas Betawi.

Dahulu, bingkisan yang dibagikan ketika melakukan Nyorog diletakkan di dalam rantang yang terbuat dari anyaman daun pandan. Namun, seiring perkembangan zaman, kini masyarakat betawi menggunakan rantang besi atau kotak makan untuk membagikan bingkisan Nyorog.

Makanan khas Betawi yang sering dibagikan saat tradisi Nyorog di antaranya adalah sayur gabus pucung, ikan bandeng, dan olahan daging kerbau.

Baca Juga: Hanya 5 Menit! Inilah Tips dan Trik Cara Mudah Mengisi Perpanjangan SIM Via Aplikasi Online

4.Malamang, Sumatera Barat

Malamang merupakan salah satu tradisi turun-temurun masyarakat Sumatera Barat yang dilakukan oleh kaum ibu-ibu dalam menyambut datangnya bulan Ramadhan.

Sesuai namanya, Malamang memiliki arti memasak lamang, yakni sajian yang terbuat dari beras ketan putih dan santan yang dikukus di dalam batang bambu muda.

Tradisi yang telah dilakukan sejak ratusan tahun silam berawal ketika Syekh Burhanuddin, pembawa ajaran Islam di Minangkabau, tengah bersilaturahmi ke rumah penduduk dan menyarankan masyarakat untuk menyajikan lemang ketika membagikan makanan kepada satu sama lain agar menghindari makanan haram.

Di daerah Pariaman dan Agam, tradisi ini masih sangat melekat di masyarakat dan bahkan menjadi tradisi yang tidak hanya dilakukan ketika menjelang bulan puasa, namun juga di berbagai perayaan besar maupun acara keluarga.

Tujuan dari tradisi unik ini adalah untuk berkumpul bersama sanak saudara serta mempererat tali kekeluargaan.

5. Pacu Jalur, Riau

Pacu Jalur merupakan salah satu tradisi unik yang digelar oleh masyarakat di Kabupaten Kuantan Singingi, Riau menjelang bulan Ramadhan dengan perayaan serupa pesta rakyat.

Tradisi ini sendiri dilakukan dalam bentuk perlombaan mendayung perahu yang terbuat dari kayu pohon. Istilah Pacu Jalur sendiri datang dari kata Jalur yang berarti perahu dalam bahasa penduduk setempat.

Tradisi ini dilakukan tiap tahunnya di Sungai Batang Kuantan, yang telah digunakan sebagai jalur pelayaran sejak abad ke-17.

Perlombaan yang selalu digelar dengan sangat meriah ini dipercaya sebagai puncak dari seluruh kegiatan, upaya, dan keringat yang dikerahkan oleh penduduk setempat dan dilakukan sebagai penghibur dari rutinitas sehari-sehari sebelum memasuki bulan Ramadhan.

Baca Juga: Ribuan Botol Miras dan Knalpot Brong Dimusnahkan Polresta Banyuwangi, Total 2.594 Liter Miras Berbagai Merek

6. Meugang, Aceh

Meugang menjadi salah satu tradisi tahunan yang dilakukan oleh masyarakat Aceh sebelum memasuki bulan puasa dan Hari Raya Idul Fitri maupun Idul Adha. Tradisi ini lahir pada masa Kerajaan Aceh, yakni sekitar tahun 1607-1636 Masehi.

Kala itu, Sultan Iskandar Muda memotong hewan dalam jumlah besar dan membagikan dagingnya kepada seluruh rakyat Aceh sebagai ungkapan rasa syukur dan tanda terima kasih kepada rakyatnya. Alhasil, tradisi ini pun mulai mengakar di antara masyarakat dan dilaksanakan dalam menyambut hari-hari besar umat Islam hingga saat ini.

Meugang dilakukan dengan memasak daging dalam jumlah besar dan menyantapnya bersama keluarga, kerabat, dan anak-anak yatim piatu.

Tak jarang daging yang sudah dimasak dibagikan masjid untuk dimakan oleh tetangga dan warga lain, sehingga semua orang dapat merasakan kebahagiaan melalui sedekah dan kebersamaan.

Baca Juga: Masih Ingat Home Alone? Pemeran Utama, Macaulay Culkin dan Istri Sambut Kelahiran Anak Pertamanya

7. Apeman, Yogyakarta

Tradisi Apeman rutin dilaksanakan tiap tahunnya oleh masyarakat Yogyakarta menjelang datangnya bulan suci Ramadhan. Sebagai kota destinasi wisata kelas dunia, tradisi yang mulanya dilakukan sebagai ungkapan rasa terima kasih dan syukur kepada Yang Maha Kuasa.

Acara ini juga digelar di Jalan Malioboro dan Jalan Sosrowijayan untuk menjadi daya tarik wisatawan.

Tradisi ini dilakukan dengan membuat ratusan kue apem secara tradisional oleh anggota keluarga Keraton Yogyakarta Hadiningrat, yang dimulai dari proses ngebluk jladren atau membuat adonan, kemudian dilanjutkan dengan proses ngapem atau memasak apem.

Tradisi Apeman dipimpin langsung oleh permaisuri sultan, dan diikuti bersama oleh para perempuan dari keluarga keraton lainnya.***

Editor: Ayu Nida LF


Tags

Terkini