Network
KABAR BESUKI - Olimpiade Tokyo 2020 sudah berakhir dan menjadika Amerika Serikat (AS) sebagai juara umum dalam perhelatan tersebut.
Serba-serbi dari Olimpiade Tokyo 2020 masih menyisakan berbagai cerita dikalangan masyarakat luas.
Keberhasilan pebulutangkis Indonesia meraih emas di kejuaraan tersebut merupakan hal yang sangat luar biasa.
Bak disambut sebagai pahlawan yang telah pulang dari medan perang, Pasangan ganda putri Indonesia Greysia Polii/Apriyani Rahayu berhasil merebut emas Olimpiade Tokyo setelah mengalahkan ganda Cina dengan dua set langsung 21-19 dan 21-15.
Namun kegaduhan Olimpiade Tokyo 2020 penuh dengan skandal dan sampai-sampai dibilang "Olimpiade gagal".
Padahal menurut Universitas Oxford, Jepang sudah menyelenggarakan olimpiade termahal sepanjang sejarah.
Berikut ini beberapa peristiwa di Olimpiade Tokyo 2020 yang terjadi sebelum pelaksanaan acara tersebut, seperti dilansir Kabar Besuki dari Instagram @cettajapanese.
1. Demo
Terjadinya demo dimana-mana, survei Asasi Shinbun menunjukkan bahwa lebih dari 80 persen warga Jepang menentang penyelenggaraan olimpiade ini, terutama di tengah pandemi yang melanda dunia.
Demo terjadi tak hanya di luar Stadion Nasional, Shinjuku, namun juga di Shibuya dan beberapa tempat lainnya.
2. Kebocoran Data
Panitia Olimpiade Tokyo juga mengalami kebocoran data melalui akses tidak sah ke alat berbagai informasi yang dikembangkan Fujitsu.
Informasi tersebut berisi data pribadi berupa nama, jabatan, dan afiliasi peserta tersebut bocor dari sekitar 170 orang yang terlibat dalam manajemen keamanan.
3. Panitia Bermasalah
Mulai dari komposer acara pembukaan olimpiade yang mempunyai riwaya bully, presiden olimpiadenya yang bilang "perempuan terlalu banyak omong", kepala tim kreatifnya yang mengejek Naomi Watanabe "Olympig".
Tak hanya itu saja, candaan holocaust dari direktur upacara pembukaan Olimpiade Tokyo yang mengatakan, semuanya, berhasil, mundur.
4. Tunawisma Diusir
Ratusan Tunawisma di pusat Kota Tokyo dipaksa menyingkir selama pertandingan bergengsi dunia berlangsung demi membuat citra kota bersih di mata dunia.
Mereka yang bingung tak punya tujuan, diancam otoritas Jepang yang akan menyita barang-barang mereka jika tidak pindah dengan segera.***
