"Jadi hal yang semacam ini menunjukkan bahwa pemahaman beliau tentang akar persoalan itu kurang sekali," ujarnya.
Baca Juga: FIFA Kibarkan Bendera Setengah Tiang Atas Belasungkawa Tragedi Kanjuruhan Malang
Salah satu hal yang disoroti oleh publik adalah tertutupnya akses pintu keluar meski laga Arema FC vs Persebaya Surabaya telah berakhir.
Terlebih, insiden di dekat pintu keluar Stadion Kanjuruhan terjadi setelah banyak penonton berupaya keluar menyelamatkan diri dari efek tembakan gas air mata dari oknum aparat kepolisian.
Terkait hal tersebut, Rocky Gerung turut menyoroti adanya kekecewaan dari banyak kalangan terhadap pihak-pihak yang dinilai harus bertanggung jawab terhadap terjadinya tragedi Kanjuruhan.
Mantan pengajar sekaligus alumni Universitas Indonesia (UI) itu menilai, publik akan membandingkan tragedi Kanjuruhan dengan cara penanangan kejadian serupa di tempat lain bahkan luar negeri.
"Orang tentu akan kecewa 'Ini bagaimana kok urusannya urusan pintu?', kan itu urusan gampang aja, kan di semua tempat juga bisa bikin perbandingan," katanya.
Akibat tragedi Kanjuruhan yang menyebabkan ratusan orang meninggal dunia tersebut, Aremania dan masyarakat Indonesia bahkan hingga publik internasional ramai-ramai mengutuk tindakan oknum aparat yang menembakkan gas air mata dalam stadion.
Penggunaan gas air mata dalam stadion dinilai telah melanggar ketentuan FIFA mengenai Stadium Safety and Security Regulations.