Mencengangkan! Kentut Sapi Menjadi Penyebab Pemanasan Global, Begini Ulasannya

2 Maret 2021, 21:08 WIB
ilustrasi sapi /ILUSTRASI Sapi,*/PIXABAY

KABAR BESUKI – Di Indonesia, sapi merupakan salah satu ternak yang penting untuk sumber daging, susu dan bisa juga dimanfaatkan sebagai tenaga kerja.

Sapi menghasilkan sekitar 50% kebutuhan daging di dunia, 95% kebutuhan susu dan 85% kebutuhan kulit sapi. Tetapi, banyak isu yang menyebutkan bahwa sapi merupakan salah satu penyebab pemanasan global.

Dilansir dari Iowafarmbureau, Dr. Sara Place, ilmuwan hewan dari National Cattlemen’s Beef Association mengatakan bahwa memang benar jika sapi sebagai salah satu penyebab pemanasan global, karena sapi mengeluarkan metana saat sistem pencernaan hewan pemamah biak yang kompleks menghancurkan bahan tanaman.

Baca Juga: Polemik Izin Industri Miras di Indonesia, Nilai Pendapatan Ekspor Miras bisa Mencapai Rp5 Triliun Per Tahun!

Sebuah penelitian mengungkapkan, jika memindahkan atau menghilangkan termak dan unggas di seluruh Amerika Serikat, hanya akan mengurangi emisi gas rumah kaca global sebesar 0,36%.

Menurut Place, dalam 40 tahun terakhir, kawanan ternak AS telah menyusut sepertiga, namun para petani AS saat ini memproduksi lebih banyak daging sapi daripada yang mereka lakukan pada tahun 1970-an.

Dr. Frank Mitloehner dari U.C. Davis mengatakan,”Pada tahun 1950, AS memiliki 25 juta sapi perah. Tetapi, pada tahun 2019 telah menyusut secara drastis hingga 9 juta dan menghaslikan 60% susu lebih banyak. Hal ini berarti Lebih sedikit sapi berarti lebih sedikit  penyebab pemanasan global yang dikeluarkan”.

Peternak A.S. mengadopsi alat dan metode yang lebih baik untuk membantu membuat peternakan lebih efektif, efisien, dan ramah lingkungan.

Baca Juga: Hentikan Mulai Sekarang! 4 Kebiasaan di Kamar Mandi Ini Akan Merusak Kesehatanmu

Hal lain yang perlu diingat adalah bahwa metana, yang menurut beberapa kritikus adalah masalah yang lebih besar untuk peternakan sapi, adalah gas yang jauh lebih kuat untuk memerangkap panas.

Metana yang dihasilkan oleh kentut sapi, menjadi penyumbang utama pemanasan bumi hingga 10%. Metana menyebabkan atmosfer bumi lebih banyak menyerap panas yang dipancarkan cahaya matahari daripada memantulkannya ke angkasa kembali.

Akibatnya, bumi menjadi panas seperti di tempat pemanggangan yang tertutup. Memang, karbon dioksida adalah penyebab utama efek rumah kaca, tetapi pada kenyataannya, metana dapat mengikat panas lebih baik daripada karbondioksida.

Baca Juga: Genap 1 Tahun Covid-19 di Indonesia, Puan Maharani: Puskesmas Ujung Tombak Vaksinasi

Kabar baiknya, metana akan membusuk dalam 10 tahun. Karbon dioksida bertahan di udara selama ratusan tahun. Jadi, sekali peternakan telah ada selama 10 tahun tetap tidak ada peningkatan baru dalam emisi metana.***

Editor: Yayang Hardita

Tags

Terkini

Terpopuler