Hati-hati! Inilah Beberapa Penyebab Coronasomnia, Gangguan Tidur Akibat Pandemi COVID-19

4 Maret 2021, 08:58 WIB
Ilustrasi insomnia//Pexels/C Technical /

KABAR BESUKI – Telah setahun lebih sebagian besar negara di dunia mengalami mengerikannya pandemi virus COVID-19.

Pandemi ini mempengaruhi banyak aspek kehidupan terutama pada aspek kesehatan. Dari aspek tersebut masih dibedakan menjadi dua, yaitu kesehatan fisik dan mental.

Berlangsungnya pandemi juga menciptakan suatu pola hidup baru di masyarakat. Salah satunya adalah pola hidup yang dilakukan di dalam ruangan.

Namun dari pola hidup baru yang diterapkan, terdapat efek lain yang juga mempengaruhi kesehatan, yaitu coronasomnia.

Coronasomnia sendiri merupakan istilah gabungan dari corona yaitu nama lain virus COVID-19, dan Insomnia yaitu gangguan yang menyebabkan susah tidur.

Dilansir dari laman Healthline, semakin banyak orang melaporkan gangguan tidur sejak pandemi COVID-19 dimulai. Tidak hanya itu, resep obat tidur telah meningkat 20 persen selama setahun terakhir.

Hal tersebut ternyata merupakan akibat dari beberapa pola hidup yang diterapkan selama pandemi. Berikut penyebab-penyebab nya antara lain:

Baca Juga: Geger Zoom Tidak Dapat Diakses, Diduga Karena Kesalahan Internet Lokal?

  1. Dampak Stres Kronis

Stres yang berkepanjangan akibat pandemi banyak dialami oleh orang dan dapat memiliki konsekuensi yang bertahan lama.

"Stres dapat berdampak negatif pada tidur," kata penyedia obat tidur Lisa Medalie, PsyD.

Dia melanjutkan dengan mengatakan bahwa stres adalah pemicu yang diketahui untuk kesulitan tidur dan tetap tertidur.

"Stres mengaktifkan sistem saraf otonom, menyebabkan pelepasan hormon seperti adrenalin dan kortisol,… Ini kemudian menyebabkan detak jantung dan tekanan darah meningkat, membuat sistem berada dalam mode pertarungan atau lari." sambung Medalie.

 “Konsistensi jadwal tidur merupakan elemen penting untuk menjaga kebersihan tidur,” jelasnya.

Baca Juga: Hentikan Sekarang! Jangan Lagi Belanja 6 Produk Makanan dan Minuman Populer Ini Jika Anda Ingin Tetap Sehat

  1. Siklus Coronasomnia

Siklus coronasomnia merupakan siklus yang dihadapi oleh orang yang kesusahan tidur yang besar kemungkinan disebabkan oleh kurang tidur, peningkatan stres, gejala suasana hati, berkurangnya aktivitas fisik seperti berolahraga, dan kurangnya paparan cahaya matahari.

Medalie mengatakan bahwa diketahui semakin banyak masalah tidur, termasuk berbaring terjaga di malam hari karena disibukkan dengan pandemi.

"Penelitian menunjukkan bahwa 58 persen orang berjuang dengan tidur, dan ada peningkatan 20 persen dalam penggunaan obat tidur," kata Medalie.

“Orang-orang tampaknya terjebak dengan pikiran mereka berlomba tentang keuangan, homeschooling, tantangan pekerjaan, ketakutan kesehatan, ketidakpastian, dan berjuang untuk beralih ke dan kembali tidur,” sambung Medalie.

Baca Juga: Vaksin COVID-19 Dapat Menurunkan Kesuburan Wanita? Berikut Fakta Sebenarnya

  1. Perubahan Gaya Hidup

Namun, bukan hanya stres kronis yang mempengaruhi siklus tidur. Orang-orang juga harus berurusan dengan jadwal yang tidak konsisten, anak-anak yang belajar di rumah, kehilangan pekerjaan, dampak keuangan, dan waktu menatap layar yang tinggi yang semuanya dapat menyebabkan kurang tidur.

Medalie mengatakan salah satu kontributor terbesarnya adalah kurangnya waktu harian yang konsisten, yang menyebabkan penurunan struktur siang hari dan jadwal tidur yang tidak konsisten.

Menurut Medalie konsistensi jadwal tidur merupakan elemen penting untuk menjaga pola tidur. Ketika tidak ada waktu yang ditentukan untuk menenangkan pikiran, tubuh akhirnya kehilangan jejak kapan harus tidur atau terjaga.

Baca Juga: Mengejutkan! Dispatch Turun Tangan Menyusul Kasus Bullying yang Menimpa Park Hye Su, Ada Apa Ini?

  1. Kebiasaan Maraton Film

Maraton film merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan banyak orang untuk mengisi waktu luang. Dengan aktivitas tersebut, seseorang dapat menghabiskan waktu berjam-jam.

Menurut Medalie, penelitian menunjukkan bahwa peningkatan waktu layar terkait dengan penurunan waktu tidur

Terutama sejak pandemi, peningkatan waktu layar dengan kecepatan intensitas yang mengkhawatirkan.

Cahaya biru dari layar memberi tahu otak untuk berhenti memproduksi melatonin. Jadi menatap layar sebelum tidur bisa menjadi salah satu hal terburuk yang dilakukan saat mencoba mencapai pola tidur yang sehat.***

Editor: Ayu Nida LF

Sumber: Healthline

Tags

Terkini

Terpopuler