Kurang Tidur Ekstrim, 5 Tahap Akan Terjadi pada Tubuh dan Pikiran Jika Kamu Terbangun Selama 96 Jam

9 April 2021, 14:45 WIB
ilustrasi sulit tidur /Rianti Setyarini//pexels.com/ cottonbro

KABAR BESUKI - Tidur adalah salah satu kebutuhan manusia yang paling penting, sama seperti makan. Seberapapun sibuknya Kamu, tidur adalah salah satu prioritas yang harus dipenuhi.

Secara umum Menurut National Sleep Foundation, orang dewasa idealnya memerlukan 7 hingga 9 jam tidur. Namun memperoleh waktu tidur sebanyak itu merupakan suatu kemewahan bagi sebagian orang, terutama yang sangat sibuk dengan pekerjaannya.

Meskipun tidak sedang bekerja, tak jarang orang-orang masih tetap kekurangan tidur karena beberapa alasan seperti menghabiskan waktu menonton TV terlalu lama atau terlalu sibuk bermain dengan ponselnya.

Baca Juga: Bikin Meleleh! 4 Zodiak Ini Dikenal Memiliki Senyum Paling Manis dan Memikat

Sebagian orang banyak yang terbiasa dengan tidur kurang dari 7 jam sehari dan merasa baik-baik saja ketika bangun di pagi hari. 

Tapi, berapa lama sih manusia bisa tetap bertahan tanpa tidur sama sekali.

Rekor tanpa tidur terlama adalah milik Randy Gardner yang terbangun selama 11 hari 25 menit, untuk proyek pameran sains di sekolahnya.

Baca Juga: Perhatikan Jika Melihat Ini di Kulit Anda, Tanda Risiko Serangan Jantung Lebih Tinggi

Laporan lain juga menunjukkan ada seorang pria di China yang terbangun selama 11 hari untuk menonton pertandingan sepakbola, dan kemudian meninggal dunia.

Dokter mengatakan, terbangun selama 11 hari penuh melemahkan sistem imunnya. Ditambah lagi pria ini juga minum minuman beralkohol dan merokok yang juga menjadi penyebab kematiannya

Setiap orang bisa saja mengalami sleep deprivation atau kurang tidur dalam jangka waktu yang berbeda-beda. Namun inilah 5 tahap yang akan terjadi pada tubuh jika Kamu terbangun selama waktu ini, seperti dilansir dari Healthline.

Baca Juga: KJRI Pastikan Keamanan WNI, Tentang Serangan yang Mengincar Orang Asia di Amerika Serikat

Tahap 1: Setelah 24 jam

Terbangun selama 24 masih dalam batas 'umum', namun ada beberapa masalah kesehatan yang akan terjadi.

Diantaranya kantuk, merasa kesal, kemarahan meningkatkan, stres, konsentrasi terganggu, kabut otak, tremor, koordinasi berkurang, dan kelelahan.

Tahap 2: Setelah 36 jam

Gejala semakin intens dan semakin mengantuk. Kamu mungkin akan mengalami tidur mikro atau tidur singkat tanpa disadari, yang biasanya berlangsung selama 30 detik.

Baca Juga: Perlu Tau! Inilah 4 Tanda Seorang Pria Naksir Wanita Secara Diam-diam, Simak Ulasannya

Kemudian bagian otak akan sulit berkoordinasi menyebabkan terganggunya kinerja kognitif yang mengakibatkan gangguan memori, perubahan perilaku, reaksi yang lambat, dan sulit mencerna informasi.

Selain itu juga dapat menyebabkan efek pada fisik seperti nafsu makan meningkat, meningkatnya peradangan, gangguan fungsi imun, dan kelelahan ekstrim.

Tahap 3: Setelah 48 jam

Situasi ini sudah ekstrim dan Kamu akan semakin sering mengalami tidur mikro. Saat terbangun 48 jam ada kemungkinan akan mulai mengalami halusinasi.

Baca Juga: Tekan Angka Penyebaran Covid-19, Tamanagung Launching Kampung Tangguh dan PPKM Skala Mikro

Efek lainnya termasuk kegelisahan, depersonalisasi, stres tinggi, cepat marah, dan kelelahan extreme.

Tahap 4: Setelah 72 jam

Setelah terus terbangun selama tiga hari, maka Kamu akan mengalami kerusakan persepsi dan halusinasi akan semakin kompleks. 

Selain itu Kamu juga akan mengalami ilusi, delusi, pemikiran yang tidak teratur, dan depersonalisasi.

Tahap 5: Terbangun selama 96 jam atau lebih

Ini sudah dalam tahap yang sangat ekstrim. Setelah terbangun selama 4 hari, persepsi terhadap realitas akan sangat terdistorsi. Kamu akan mengalami psikosis kurang tidur dimana Kamu mulai tidak bisa membedakan mana kenyataan dan halusinasi.

Baca Juga: Perhatikan Jika Melihat Ini di Kulit Anda, Tanda Risiko Serangan Jantung Lebih Tinggi

Dalam kasus ekstrim seperti terbangun selama 4 hari masih bisa disembuhkan dengan cara tidur lebih lama untuk mengganti waktu tidur yang hilang.

Namun hal tersebut bisa terjadi selama beberapa hari atau bahkan beberapa minggu untuk mengembalikan fungsi otaknya seperti sedia kala.***

Editor: Ayu Nida LF

Sumber: healthline

Tags

Terkini

Terpopuler