Sering Digigit Nyamuk? Bisa Jadi Anda Mempunyai Darah Manis, Begini Penjelasan Ilmiahnya!

- 22 Februari 2021, 18:17 WIB
Nyamuk Anopheles Stephensi.
Nyamuk Anopheles Stephensi. /infraVec2

KABAR BESUKI – Salah satu serangga berbahaya yang harus dihindari saat musim banyak adalah nyamuk.

Mungkin seseorang sering merasa terus-menerus dikerumuni nyamuk bahkan ditempat baru dan banyak beranggapan bahwa hal itu disebabkan karena mempunyai darah yang manis.

Ternyata penyebab seseorang dikerubungi nyamuk, bukan karena dia berdarah manis tetapi karena karbon dioksida yang dihembuskan nafasnya. Salah satu fakta terpenting untuk diingat adalah bahwa nyamuk melacak orang melalui penciuman dan bau badan.

Baca Juga: Waspada! Anak Perempuan Berisiko Tinggi Bunuh Diri Akibat Media Sosial daripada Laki-laki, Ternyata Ini

Nyamuk betina mengandalkan semua jenis informasi sensorik saat memutuskan orang mana yang akan digigit.

Seorang ahli biologi vektor yang telah mempelajari nyamuk, Bart Knols mengatakan bahwa karbon dioksida yang dihembuskan orang, bersama dengan bahan kimia dari kulit, menciptakan sensor bau yang dapat dideteksi nyamuk dari jarak hampir 100 kaki.

"Setiap orang mengeluarkan lebih dari 300 bahan kimia dari kulit, lebih dari 100 saat mengembuskan napas," Tambah Knols.

Baca Juga: Miris! Menurut Survei, Sebanyak Inilah Masyarakat yang Masih Menganggap Covid-19 Adalah Hasil Konspirasi

Menariknya, nyamuk tertarik pada manusia oleh karbondioksida yang hembuskan, tetapi saat mereka mendekat, mereka biasanya membelok dan menuju ke area kulit yang terbuka.

Peneliti menemukan bahwa reseptor yang sama yang dimiliki nyamuk untuk mendeteksi bau dalam napas juga mendeteksi bau di kulit. Itu menjelaskan mengapa nyamuk tertarik pada barang yang berbau seperti kaus kaki bau, pakaian usang, dan tempat tidur, meskipun tidak ada karbon dioksida di sekitarnya.

Baca Juga: Hati-Hati! Inilah Yang Terjadi Jika Anda Tidak Mengganti Pakaian Dalam Secara Rutin

Senyawa spesifik pada kulit yang direspon nyamuk berbeda-beda menurut spesiesnya. Nyamuk Aedes aegypti dan nyamuk Aedes alopictus misalnya, bereaksi baik terhadap asam laktat dari kulit. Nyamuk malaria Afrika merespons campuran asam lemak.

Campuran senyawa dan bau, menentukan seberapa besar daya tarik nyamuk terhadap seseorang dan juga bergantung pada spesies nyamuknya.

Bahan kimia yang dihasilkan manusia, tergantung pada individu masing-masing yang dipengaruhi oleh susunan genetik, kondisi kesehatan, makanan, pH kulit, dan mikloflora yang merupakan organisme yang hidup di kulit manusia.

Baca Juga: Aurel Terkejut Kedua Orang Tuanya Tulis Wasiat, Ashanty: Kalau Kita Dua-Duanya Udah Nggak Ada

"Bakteri di kulit memecah senyawa yang kita keluarkan melalui pori-pori dan inilah bau yang menarik, jadi bukan orangnya yang menarik nyamuk tetapi bakteri yang hidup di kulitbya,”kata Knols.

Meskipun ini adalah fenomena yang kompleks untuk dipahami, Knols mengatakan bahwa setiap orang memiliki bau yang unik berdasarkan spesies flora bakteri dan kepadatan bakteri.***

Editor: Surya Eka Aditama

Sumber: The Healthy


Tags

Terkini