Orang Dengan Pandangan Ekstremis Cenderung Kurang Mampu Menyelesaikan Tugas Mental yang Rumit, Menurut Studi

- 29 Maret 2021, 09:05 WIB
 ilustrasi kesehatan mental
ilustrasi kesehatan mental /

KABAR BESUKI - Sebuah penelitian menunjukkan bahwa orang-orang yang menunjukkan sikap ekstrimisme berlebih cenderung kurang mampu melakukan tugas mental yang kompleks.

Peneliti dari University of Cambridge menemukan jika orang yang memiliki pandangan ekstremis cenderung melihat dunia secara hitam dan putih, seperti dilansir Kabar Besuki dari The Guardian.

Sehingga hal tersebut mempersulit mereka menyelesaikan tugas-tugas komplek yang memerlukan pendekatan mental yang rumit.

Baca Juga: Hewan Cerdas, Lumba-Lumba Memiliki Kepribadian yang Mirip dengan Manusia Menurut Penelitian Terbaru

Dr Leor Zmigrod dari departemen psikologi Cambridge selaku pemimpin penelitian ini mengatakan jika orang-orang yang memiliki pandangan ekstrim sulit untuk memproses rangkaian informasi yang kompleks.

"Individu atau otak yang kesulitan untuk menyelesaikan rangkaian permasalahan kompleks cenderung lebih tertarik pada ideologi ekstrim, atau ideologi otoriter yang menyederhanakan dunia," kata Zmigrod.

Ia juga mengatakan jika orang yang memiliki pandangan yang cenderung ekstrim biasanya tidak pandai mengatur emosi, yang berarti mereka bersikap impulsif dan gemar mencari pengalaman yang menggugah emosi.

"Hal seperti itu membantu kami memahami individu seperti apa yang mampu melakukan kekerasan terhadap orang lain yang tak bersalah," ujarnya.

Baca Juga: Para Ibu Wajib Baca! Begini Cara Merawat Bayi Demam yang Baik dan Benar, Salah Satunya Berikan Banyak Minum

Partisipan yang rentan terhadap dogmatisme atau doktrin organisasi atau keagamaan yang otoriter, biasanya tidak bisa menerima pandangan lain meskipun sudah disodorkan dengan bukti-bukti yang kuat. Sehingga seringkali mereka memperoleh pandangan yang ekstrim mengenai suatu hal.

Mereka juga memiliki permasalahan dengan pemrosesan informasi dan bukti secara perseptual, sehingga mereka cenderung menolak memahami pandangan lainnya.

"Sebagai contoh, saat mereka diminta untuk menentukan titik [bagian dari tes neuropsikologis] bergerak ke kiri atau ke kanan, mereka membutuhkan waktu lebih lama dan segera mengambil keputusan," kata Zmigrod.

Baca Juga: Kapolri: Kedua Pelaku Bom Bunuh Diri di Gereja Katedral Kota Makassar Diyakini Terjaring Kelompok Militan JAD

Dalam beberapa tes lainnya, partisipan diminta untuk merespon cepat dan seakurat mungkin. 

Orang dengan pandangan politik yang konservatif cenderung menggunakan strategi yang lambat dan mantap.

Sedangkan orang dengan pandangan politik liberal menggunakan strategi yang lebih cepat, namun kurang tepat.

Menurut beberapa penelitian, orang yang cenderung bersikap ekstrim memiliki pandangan politik konservatif, atau mendukung nilai-nilai tradisional.

Baca Juga: Dibayar Kontan, Aparat yang Menganiaya dan Menyeret HRS Langsung Sakit Parah? [Cek Fakta]

Sedangkan kebalikannya adalah pandangan politik liberal yang memihak kebebasan dan persamaan hak.

Peneliti mengatakan jika tanda-tanda psikologis dari penganut ekstremisme adalah perpaduan antara psikologi konservatif dan dogmatis.

Penelitian ini mengamati 16 orientasi ideologi dalam spektrum politik dan agama yang berbeda, agar mampu memahami orientasi mana yang paling rentan terhadap radikalisasi.***

Editor: Surya Eka Aditama

Sumber: The Guardian


Tags

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah