Mengejutkan! Penelitian Mengungkapkan Jika Manusia Berpotensi Memproduksi Bisa Beracun Dalam Air Liur

- 1 April 2021, 08:47 WIB
Ilustrasi ular.
Ilustrasi ular. /blende12 / Pixabay

KABAR BESUKI - Manusia sejak ribuan tahun lalu telah berevolusi hingga menjadi seperti saat ini. Dan tentunya proses evolusi sebuah spesies memang selalu memerlukan ribuan hingga puluhan ribu tahun lamanya.

Namun siapa sangka jika para ilmuwan baru-baru ini menemukan bahwa di masa depan nanti, manusia berpotensi mengembangkan air liur yang berbisa layaknya ular derik.

Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences telah menemukan bahwa manusia, sama seperti semua hewan mamalia dan reptil lainnya, memiliki kapasitas biologis untuk mengembangkan air liur yang berbisa.

Baca Juga: Resmi! Vidi Aldiano Lamar Sheila Dara Aisha di Momen Pesta Ulang Tahun ke-31

Meski begitu, tentunya hal itu tidak mungkin terjadi dalam waktu dekat, karena seperti yang dijelaskan sebelumnya, proses evolusi membutuhkan ribuan tahun lamanya.

Penelitian ini mengatakan jika kelenjar air liur manusia memiliki hubungan yang serupa dengan kelenjar bisa pada hewan reptil seperti ular kobra atau ular derik, seperti dilansir Kabar Besuki dari Daily Mail.

Dengan temuan ini, mungkin saja tikus juga mampu berevolusi menjadi hewan yang berbisa juga.

Studi tersebut dilakukan oleh para peneliti dari Okinawa Institute of Science and Technology Graduate University (OIST) dan Australian National University, dengan melibatkan penelitian dari gen tertentu yang terkait dengan kelenjar air liur dan kelenjar racun.

Baca Juga: Polisi Tangkap 23 Orang Terduga Teroris, Termasuk Perakit Bom Bunuh Diri di Gereja Katedral Makassar

Dalam penelitian ini, para ilmuwan meneliti kelenjar racun dari ular Habu, yaitu ular viper di beberapa wilayah di Asia. 

Peneliti menemukan sekitar 3.000 dari gen yang 'berkoperasi' dan menemukan bahwa gen tersebut berperan penting untuk melindungi sel dari stress akibat banyaknya produksi protein.

Para peneliti kemudian membandingkan gen ini dengan gen serupa yang bisa ditemukan pada mamalia seperti kera, anjing, dan juga manusia.

Mereka menemukan bahwa gen dari jaringan mamalia juga bertindak serupa, layaknya gen  yang ditemukan di kelenjar racun ular Habu.

Baca Juga: Yuk Intip Bagaimana Persiapan Atta Halilintar Bersama Keluarga dalam Menuju Hari Bahagia

Peneliti utama studi ini, Agneesh Barua mengatakan bahwa ini adalah bukti nyata pertama yang bisa menjadi acuan jika kelenjar racun berevolusi dari kelenjar air liur.

"Sementara ular berevolusi dan memiliki banyak racun di dalam bisanya dan terus meningkatkan gen yang memproduksi bisa, mamalia seperti tikus juga mampu menghasilkan bisa yang lebih sederhana seperti menyerupai air liur," kata Barua.

Ia juga memberi referensi sebuah eksperimen di tahun 80-an dimana tikus jantan menghasilkan senyawa beracun dalam air liurnya.

"Jika dalam suatu kondisi ekologi tertentu, tikus yang menghasilkan lebih banyak protein racun mampu bereproduksi dengan baik, maka bisa jadi dalam beberapa ribu tahun kedepan kita akan bertemu dengan tikus berbisa," katanya.

 Baca Juga: Ingin Cepat Mengantuk? 5 Makanan Ini Bisa Membantu Anda untuk Tidur Lebih Nyenyak di Malam Hari

Meski manusia memiliki kapasitas biologis yang berpotensi menghasilkan bisa, namun hal itu sangat minim untuk benar-benar terjadi. Berbeda dengan hewan liar, manusia tidak perlu berburu mangsa, ataupun diburu oleh predator.

Hewan-hewan berevolusi akibat dari keadaan ekologis yang membutuhkan mereka memangsa hewan lain, atau lari dari hewan predator.

Sejauh ini, manusia berevolusi untuk memudahkan kehidupan manusia. Seperti contohnya tulang manusia yang jauh lebih ringan dan kurang padat sejak zaman agrikultur atau pertanian dimulai. Penelitian lain juga menunjukkan jika manusia memiliki suhu tubuh yang semakin rendah karena penyakit kronis yang merajalela di abad ke-19 semakin berkurang.

Baca Juga: Surat Wasiat Pelaku Bom Gereja Katedral Makassar Ungkap Siap Berpamitan dengan Cara Mati Syahid

Meskipun hampir tidak mungkin terjadi, manusia memiliki potensi untuk memproduksi bisa beracun. Namun tentunya hal itu mungkin tidak akan terjadi hingga puluhan ribu tahun kedepan.***

Editor: Ayu Nida LF

Sumber: Daily Mail


Tags

Terkini

x