"Ketika toxic productivity mengendalikan hidup Anda, Anda menilai diri sendiri setiap hari atas apa yang belum Anda lakukan daripada melihat apa yang telah Anda capai," ujarnya menambahkan.
Baca Juga: 9 Profesi yang Tetap Bekerja Meski Saat Hari Libur Lebaran, Pekerjaan Menuntut Mereka Selalu Siaga
Sementara itu, seorang psikolog sekaligus pendiri Telethrapist Network bernama Kathryn Esquer mengatakan bahwa banyak orang yang telah terjebak dalam toxic productivity khususnya selama pandemi berlangsung.
Sebab, banyak orang dihadapkan pada ketidakpastian nasibnya sendiri mengingat kondisi perekonomian yang tidak menentu dan menyebabkan sejumlah perusahaan terpaksa melakukan rasionalisasi atau PHK terhadap sebagian karyawannya.
"Kita bisa saja menggunakan waktu luang kita untuk beristirahat, mengisi ulang, dan memulihkan diri kita sendiri, tetapi banyak dari kita mengisi jam-jam itu dengan lebih banyak pekerjaan sebagai cara untuk merasa layak, terpenuhi, dan dalam kendali," kata Esquer.
Padahal, dengan beristirahat sejenak dari pekerjaan terdapat banyak hal yang dapat dipelajari seperti mengasah keterampilan baru, mencoba berbagai hal baru, memperkaya pengetahuan, dan lain-lain.
Esquer juga berpendapat, menjadi produktif di lingkungan terdekat kita mengalihkan pikiran kita dari rutintias pekerjaan untuk sementara waktu.
"Secara umum, ketika lingkungan kita memberi kita stres atau ancaman yang berada di luar kendali kita, seringkali kita mendapati diri kita berfokus pada hal-hal kecil dalam lingkungan terdekat kita yang dapat kita kendalikan, seperti membersihkan rumah kita atau unggul dalam proyek-proyek kerja," ujar dia.
Baca Juga: 10 Ciri-Ciri Perfeksionis Garis Keras yang Dapat Memberi Dampak Buruk Pada Kesehatan Mental