Inilah Alasan Ilmiah Dibalik Keriputnya Jari Tangan Setelah Berendam di Air Terlalu Lama

- 2 Juni 2021, 12:45 WIB
ilustrasi foto jari tangan kriput/pexels Cottonbro
ilustrasi foto jari tangan kriput/pexels Cottonbro /

KABAR BESUKI - Setelah berendam malam santai untuk melepas penat bekerja seharian atau sesi renang akhir pekan yang menyegarkan di kolam renang dekat rumah, Anda mungkin menyadari bahwa telapak tangan dan kaki Anda menjadi keriput persis seperti kismis. 

Jari keriput ini tidak akan bertahan lama, tapi penasarankah Anda mengapa kulit Anda bisa jadi keriput setelah berlama-lama di dalam air?

Beberapa peneliti berpendapat bahwa fenomena jari keriput ini adalah hasil dari reaksi biokimia, proses osmosi di mana air yang berpindah juga ikut menarik sejumlah senyawa dari dalam kulit, meninggalkan lapisan kulit menjadi kering dan keriput setelahnya.

Baca Juga: Menurut Penelitian Manusia Bisa Mencintai Dua Orang Sekaligus Secara Bersamaan, Berikut Faktanya

Kulit manusia layaknya baju pelindung besi yang berfungsi melindungi bagian dalam tubuh dari serangan kuman dan bakteri, sekaligus menjaga agar cairan tubuh tetap berada di dalam. Sayangnya, kulit tidak tahan air.

Lapisan terluar kulit, epidermis, bertanggung jawab untuk reaksi pengeriputan ini. Epidermis mengandung kelompok sel keratinosit, kerangka pembentuk kerangka intraseluler terbuat dari protein keratin, berfungsi untuk memperkuat kulit Anda dan menjaganya tetap lembap. 

Sel-sel ini kemudian membelah dengan cepat di bagian bawah epidermis, mendorong sel-sel yang lebih tinggi semakin ke atas. Setelah setengah perjalanan, kelompok sel ini kemudian akan mati. Sel keratin yang mati kemudian menciptakan lapisan epidermis sendiri, yang disebut dengan stratum korneum.

Baca Juga: Sebut Nasi Padang ‘Menjijikkan’, Kafe di Singapura Dikecam Netizen dan Unggah Permintaan Maaf

Ketika tangan direndam dalam air, keratin menyerap air. Namun, bagian dalam jari tidak ikut membengkak. Sel keratin yang mati membengkak dan mulai ‘menjajah’ sisa permukaan kulit, namun sel-sel ini masih terhubung pada sel di bagian dalam jari yang masih hidup namun terdesak akibat pembengkakan. Akibatnya, lapisan stratum korneum kemudian mengeriput, sama halnya dengan sebuah rok yang kusut tidak keruan, untuk memberikan tempat sementara bagi pembengkakan ini.

Kekusutan hanya terjadi di jari-jari tangan dan kaki karena lapisan epidermis pada bagian tubuh ini memiliki tekstur yang lebih tebal daripada bagian tubuh lainnya — rambut dan kuku juga mengandung jenis keratin berbeda yang juga menyerap air, inilah alasannya mengapa kuku menjadi lunak setelah mandi atau mencuci piring.

Dikutip Kabar Besuki dari Scientific American, para ilmuwan berhasil mengetahui bahwa jari keriput setelah berlama-lama di dalam air bukan sekadar refleks sederhana atau hasil dari proses osmosis, melainkan peran dari sistem saraf.

Baca Juga: 6 Bahaya Terlalu Banyak Mengonsumsi Makan Pedas, Bahkan Dapat Sebabkan Insomnia

Alasannya, para dokter bedah telah mengungkapkan bahwa jika beberapa saraf dalam jari dipotong atau rusak, respon keriput ini tidak akan muncul. Hal ini menunjukkan bahwa perubahan kondisi kulit ini adalah reaksi paksa yang dilepaskan oleh sistem saraf otonom tubuh sistem yang juga mengontrol pernapasan, detak jantung, dan keringat. Faktanya, kerutan khas yang hanya Anda temukan di telapak tangan dan kaki ini disebabkan oleh pembuluh darah yang menyempit di bawah permukaan kulit.

Jari keriput, menurut para dokter bedah, adalah pertanda sistem saraf yang utuh. Dan benar saja, respon keriput yang terlihat di setiap bantalan jari ini telah digunakan sebagai metode untuk menentukan apakah sistem saraf simpatetik masih bekerja dengan baik pada pasien yang dinyatakan tidak responsif.

Uniknya, keriput di jari tidak akan muncul sampai sekitar lima menit lamanya berada di dalam air secara berkelanjutan, yang berarti kontak dengan air yang singkat dan tidak disengaja tidak cukup untuk bisa menghasilkan kerutan. Maka dari itu, Anda tidak pernah mengalami jari-jari yang mengerut saat terkena air hujan atau berada di tempat lembap dan berembun. Lebih lanjut, jari keriput akan terjadi dengan lebih cepat sebagai respon terhadap air tawar daripada air laut, yang dapat mencerminkan kondisi yang mungkin awalnya berkembang hanya pada primata.

Baca Juga: Natalius Pigai Sebut Hanya Prabowo Subianto dan Airlangga Hartarto yang Kompeten Jadi Presiden 2024 Mendatang

Selain manusia, ada satu primata sejauh ini yang bisa menunjukkan respon jari keriput setelah berlama-lama di dalam air: kera ekor panjang Makaka (Macaque). Respon pengeriputan jari yang ditunjukkan oleh kera Makaka ini dianggap sebagai sebuah teknik adaptasi, yang didesain sedemikian rupa untuk kera-kera ini bisa menggenggam benda lebih mantap dalam keadaan kering dan basah.

Namun, untuk membuktikan apakah respon ini juga bertindak sebagai teknik adaptasi yang sama pada manusia masih menjadi perdebatan. Walaupun ada sejumlah penelitian yang menunjukkan bahwa jari-jari keiput bisa membantu manusia untuk mencengkeram lebih mantap, seperti kera Makaka, namun banyak juga penelitian yang meragukannya. Hal ini disebabkan karena metode uji penelitian yang hanya memperhitungkan cengkeraman pada benda-benda kecil, seperti kelereng dan dadu.

Kelompok peneliti asal Taiwan, dikutip dari BBC Future, mengadakan eksperimen membandingkan genggaman jari keriput dan normal pada sebuah batangan besi, dan hasil tidak menunjukkan adanya perbedaan yang berarti. Malah, jari keriput menunjukkan performa yang tidak maksimal. 

Baca Juga: Siap-siap Zodiak Gemini Bulan Juni 2021 Akan Mendapatkan Kesuksesan dan Keajaiban Ini

Selain itu, Mark Changizi, seorang neurobiologis 2AI Labs, berpendapat bahwa seharusnya uji perilaku seperti ini dilakukan untuk cengkeraman benda-benda besar dan berat untuk membuktikan manfaat jari keriput dalam mendukung tumpuan berat badan, bukan gerak motorik halus seperti mengangkat kelereng. Menurut Changizi, kunci untuk menilai dampak dari kulit keriput ada pada gerakan, bukan uji ketangkasan.

Sangat sulit untuk bisa membuktikan asumsi bahwa setiap fitur biologis merupakan adaptasi, apalagi mengapa hal tersebut bisa berevolusi. 

Namun, para peneliti bisa mencari petunjuk yang menunjukkan bahwa fitur ini pada manusia mungkin telah berevolusi sebagai sebuah teknik adaptasi. Kita tunggu saja perkembangannya.***

Editor: Ayu Nida LF

Sumber: Scientific American BBC Future


Tags

Terkini