"Ini menunjukkan bahwa begitu respons kekebalan terhadap virus corona baru diinduksi dalam tubuh manusia, tingkat antibodi dapat dipertahankan untuk waktu yang cukup lama," kata China National Biotech Group dikutip Kabar Besuki dari Straitstimes.
Studi ini menemukan bahwa respons antibodi secara signifikan lebih kuat pada peserta pria daripada wanita pada tahap awal infeksi, tetapi perbedaannya berkurang seiring waktu dan hampir menghilang dalam 12 bulan.
Baca Juga: Banyuwangi Gelar Hari Belanja ke Pasar Rakyat dan UMKM, Rutin Diadakan Setiap 'Tanggal Cantik'
Di antara peserta berusia 18 hingga 55 tahun, semakin banyak orang tua mengembangkan tingkat antibodi yang lebih tinggi.
Perusahaan itu mengatakan penelitian tersebut adalah penelitian terlama yang bertujuan untuk memeriksa kegigihan respons antibodi pada pasien Covid-19 yang pulih.
Temuan ini dipublikasikan saat vaksinasi massal di China berjalan lancar, dengan negara tersebut meningkatkan donasi atau penjualan vaksin ke luar negeri.
Komisi Kesehatan Nasional mengatakan hingga pada hari Selasa, 6 Juli 2021, sekitar 1,3 miliar dosis vaksin telah diberikan secara nasional.
China National Biotech Group menambahkan bahwa penelitian ini akan membantu meningkatkan pemahaman tentang memori imunologi yang ditimbulkan oleh virus, dan memberikan panduan tentang penelitian masa depan tentang kekebalan yang diinduksi vaksin dan kebijakan vaksinasi di masa depan di China dan luar negeri.***