Tradisi Aneh Masyarakat Desa Kamchatka Istri Dijadikan Pelayan Bagi Tamu yang Berkunjung di Rumahnya

- 26 Juli 2021, 17:51 WIB
Tradisi Aneh Masyarakat Desa Kamchatka Istri Dijadikan Pelayan Bagi Tamu yang Berkunjung di Rumahnya
Tradisi Aneh Masyarakat Desa Kamchatka Istri Dijadikan Pelayan Bagi Tamu yang Berkunjung di Rumahnya /@akutau/Instagram

KABAR BESUKI - Mungkin kebiasaan atau tradisi di sebuah desa di negara ini sangat nyeleneh dan aneh. Tradisi ini tentang perlakuan kepada tamu yang berkunjung ke rumah warga. 

Kalau di Indonesia, sudah biasa untuk menjalin tali silaturahmi, warga bertamu ke rumah kerabat atau teman.

Seperti dilansir Kabar Besuki dari Instagram @robot.fakta, untuk menghormati tamu, tuan rumah biasa menyuguhi tamu dengan makanan atau minuman enak. Kadang, kalau sudah akrab, tamu bisa menginap di rumah yang dikunjunginya. 
 
 
Tapi di desa ini lain. Tamu tak hanya disuguhi makanan enak, bisa menginap, namun dibolehkan tidur dengan istri tuan rumah. Bahkan bisa berhubungan intim. Wah, kok bisa?

Desa dengan tradisi menerima tamu yang aneh itu Desa Kamchatka. Di Kamchatka, dan beberapa desa seperti Chukchi dan Eskimo, punya kebiasaan nyeleneh saat menerima tamu. 
 
Penduduk di desa-desa itu rela berbagi istri mereka dengan tamu yang mengunjunginya. Atau dengan teman yang berkunjung ke mereka.

Jadi kalau ada teman yang berkunjung, si tuan rumah tak akan marah jika tamu itu menginap dan berhubungan intim dengan istrinya. Pun, sebaliknya jika dia berkunjung ke rumah temannya.
 
 
Temannya juga akan melakukan hal yang sama. Mempersilahkan tamunya berhubungan dengan istrinya. Wah, kalau di Indonesia bisa terjadi perang bubat. Bisa bunuh- bunuhan.

Ternyata tradisi nyeleneh itu ada tujuannya. Tujuannya adalah sebagai cara untuk membantu suku-suku kecil dalam menarik gen baru ke dalam banyak hubungan darah. 
 
Karena di sana, resiko hubungan sedarah sangat tinggi. Maka untuk mencegah efek dari hubungan sedarah, warga di sana rela berbagi istri dengan tamunya.
 
Poligami dalam tatanan hidup masyarakat Eskimo dinilai sebagai tanda bahwa seorang pria memiliki kekayaan yang lebih dari cukup, sebab ia mampu memenuhi kebutuhan para wanita yang ia nikahi. 
 
 
Walau tingkat poligami di Eskimo menurun saat agama Kristen diperkenalkan pada masyarakatnya, praktik memiliki istri lebih dari satu yang dilakukan masyarakat di Kutub Utara itu tidak hilang.
 
Karena lumrah terjadi, jika seorang wanita mengandung anak yang bukan berasal dari suaminya sendiri, ia nggak bakalan jadi bahan omongan tetangga. 
 
Sebab, hadirnya seorang anak bagi masyarakat Eskimo dinilai sebagai kemampuan sang istri memberikan keturunan dan melanjutkan kelangsungan hidup. 
 
Sehingga bila suami-istri nggak bisa punya keturunan, merka bisa dapat anak dari pasangan lain.***
 

Editor: Yayang Hardita

Sumber: Instagram @robot.fakta


Tags

Terkini

x