Inilah yang akhirnya membuat banyak orang merasa stres dan tertekan sehingga menjadikan sindrom patah hati ini juga meningkat.
Dalam penelitian tersebut, para peneliti mengamati 1.914 pasien yang dirawat selama pandemi. Namun, dari semua pasien itu tidak ada yang dinyatakan positif Covid-19.
Hasilnya, peneliti menyimpulkan bahwa peningkatan sindrom patah hati ini terjadi karena tekanan psikologis, sosial, ekonomi, karena pandemi Covid-19 yang mengharuskan semua orang untuk melakukan isolasi dan mengurangi interaksi.
Salah seorang ahli jantung dari Cleveland clinic Ankur Kalra mengatakan bahwa pandemi Covid-19 meningkatkan tingkat stres banyak orang dan menciptakan lingkungan yang tidak sehat.
Seseorang yang mengalami sindrom patah hati biasanya akan merasakan gejala seperti nyeri dada, sesak napas usai stres berat, serta pembengkakan jantung.***