Tidak Ada Lagi Pasukan Khusus Anti-Perampokan Nigeria, Masyarakat: Kebrutalan Polisi Masih Tetap Berlanjut

14 Februari 2021, 09:49 WIB
ILUSTRASI Mobil Polisi.*/PXABAY /

 

KABAR BESUKI – Ahmed, bukan nama sebenarnya dan tiga temannya sedang perjalanan pulang tanggal 5 Februari ketika mobil mereka dihentikan oleh empat petugas polisi di halte bus Ketu di Lagos. Awalnya hanya pemeriksaan rutin kendaraan, tetapi suasana menjadi memburuk.

Ahmed mengatakan,“Saya memarkir mobil dan bertanya bagaimana kami bisa membantu, kemudian mengataka bahwa kami melanggar, tetapi kami bersikeras tidak ada hal seperti itu, poliis menjadi marah, akhirnya kami berdebat.”

Petugas memerintahkan teman-teman Ahmed untuk keluar dari mobil. Salah satu dari mereka naik ke kursi penumpang dan mengancam akan menembaknya karena tidak sopan.

Petugas lain mengacungkan senjatanya, dan berkata,“Menurutmu karena SARS berakhir, kamu tidak punya alasan untuk takut pada polisi? sepertinya tidak akan apa-apa jika aku berbuat sesuatu padamu karena ini sudah malam.”

Baca Juga: Suka Minum Kopi? Simak Pengertian Kafein Serta Dampak yang Dihasilkan untuk Tubuh!

SARS merupakan Pasukan Khusus Anti-Perampokan, selama beberapa dekade telah menjadi unit kepolisian Nigeria yang dituduh melakukan penangkapan, pembuatan profil, penyiksaan, dan bahkan pembunuhan di luar hukum secara tidak sah.

Di halte bus Ketu, Ahmed disuruh mengosongkan sakunya, meletakkan tangannya di dasbor dan tetap diam.

Kasus lain, pada 13 Januari, pelajar berusia 23 tahun itu dan teman-temannya didatangi oleh petugas polisi saat mereka berkendara ke Kappella Resort di Uyo, sebuah kota di pesisir selatan negara itu.

Baca Juga: Arti Hari Valentine, Mengenal Sejarah Munculnya Hari Kasih Sayang Ternyata Ini

Setelah menggeledah mobil mereka dan tidak menemukan pelanggaran, petugas meminta mereka ikut ke Mabes Polri di Ikon Akpan Abia, tanpa memberikan penjelasan lebih lanjut.

Mereka tidak bisa berbuat apa-apa karena tau bagaimana kebrutalan polisi disana, dan kemudian polisi tersebut meminta pelajar membayar 30.000 naira, atau sekitar 1.1 juta rupiah, dengan ancaman dimasukkan ke dalam sel.

Sebelumnya, tuduhan pemerasan dan pelecehan telah lama menyertai reputasi Kepolisian Nigeria, yang dinobatkan sebagai lembaga publik paling korup di negara itu oleh survei tahun 2019 dan kepolisian dengan peringkat terendah dari 127 negara yang diprofilkan dalam laporan indeks 2016.

Namun, polisi membantah masih adanya karakterisasi itu. Wakil Inspektur Polisi Abimbola Oyemi mengatakan,“Sejak SARS dibubarkan, lebih sedikit laporan tentang kesalahan polisi”.

Polisi juga mengatakan, petugas yang "nakal dan tidak profesional" akan didisiplinkan dan berjanji untuk melatih petugas tentang hukum kemanusiaan dan hak asasi manusia dalam penggunaan kekerasan, penangkapan dan penahanan.

Baca Juga: Vagina Bengkak? Ini Beberapa Penyebab yang Harus Anda Waspadai, Bisa Jadi Alami Kondisi Ini

“Setiap kali seseorang mengajukan keluhan terhadap perilaku polisi mana pun, ia dilindungi. Saya tidak tahu kenapa ada yang harus takut, ”kata Oyeyemi.

Tetapi bagi banyak orang Nigeria trauma dengan pengalaman mengerikan selama bertahun-tahun di tangan polisi, rasa takut terlalu sulit untuk dihilangkan.***

Editor: Ayu Nida LF

Sumber: Aljazeera

Tags

Terkini

Terpopuler