Gerakan #StopAsianHate di Amerika Serikat Merebak! Ternyata Disebabkan Kasus Kriminal Ini

20 Maret 2021, 13:57 WIB
ILUSTRASI Stop Rasisme,*/PIXABAY // Choirun Nisa Ulfa/

KABAR BESUKI - Rangkaian penembakan dalam satu jam di 3 tempat SPA yang terletak di Atlanta pada 16 Maret lalu,menewaskan delapan orang, termasuk enam wanita Asia. Enam nama korban yaitu Xiaojie Tan 49 tahun, Daoyou Feng 44 tahun, Delaina Ashley Yaun Gonzalez, 33 tahu dan Paul Andre Michels 54 tahun.

Dilansir dari Flare.com, seorang wanita bernama Elcias R. Hernandez-Ortiz yang berusia 30 tahun, menderita cedera ringan. Sejauh ini, polisi telah menangkap tersangka yakni Robert Aaron Long yang masih berusia 21 tahun.

Ia didakwa dengan kasus pembunuhan dan penyerangan keesokan harinya setelah insiden itu terjadi. Meskipun polisi belum menyebut penembakan itu sebagai kejahatan rasial, mereka mengatakan bahwa Long mungkin memiliki kecanduan seksual dan menargetkan tempat-tempat sensitif.

Baca Juga: Penderita Long Covid Merasa Jauh Lebih Baik Setelah Menerima Vaksin, Benarkah atau Hanya Placebo Effect?

Meningkatnya rasisme kepada Asia, diawali ketika COVID-19 menjadi istilah baru yang merebak ke publik dengan sebutan yang dikemukakan Donald Trump, yakni ‘Virus China’. Sejak saat itu, tak hanya virus tersebut yang terkena nama rasis, tetapi peningkatan insiden rasis juga terjadi di barat maupun di internet.

Menurut laporan Anti-Defamation League pada Oktober 2020, terdapat peningkatan 85 persen dalam teori retorika dan konspirasi anti-Asia di Twitter tak lama setelah Trump menggunakan istilah-istilah itu selama debat presiden pertama di musim gugur.

Di Kanada, Fight Covid Racism telah mencatat lebih dari 931 insiden rasisme anti-Asia dan xenofobia dari 17 Maret 2020 hingga saat ini. Di Vancouver, kejahatan rasial meningkat 97 persen, sementara kejahatan rasial anti-Asia secara khusus naik 717 persen tahun lalu.

Baca Juga: Jika Anda Memiliki Golongan Darah Ini, Anda Berisiko Lebih Tinggi untuk Jenis Kanker Berikut

Selama periode yang sama, kejahatan rasial di Ottawa meningkat 57 persen. Montreal melaporkan total 30 kejahatan rasial anti-Asia dan tindakan rasis antara Maret dan Desember tahun lalu, sementara hanya enam yang tercatat pada 2019. Selain itu, menurut Proyek 1907, Kanada memiliki lebih banyak laporan tentang rasisme anti-Asia per kapita Asia daripada Amerika Serikat.

Di AS, Stop AAPI Hate, yang melacak kejahatan rasial terhadap orang Asia-Amerika dan Kepulauan Pasifik, merilis penelitian pada 16 Maret yang mengungkapkan bahwa hampir 3.800 insiden dilaporkan dari Maret 2020 hingga Februari 2021.

Khususnya, korban wanita telah membuat 68 persen dari laporan dibandingkan dengan laki-laki, yang hanya 29 persen, sedangkan 6,2 persen dibuat oleh orang-orang berusia 60 tahun ke atas.

Faktanya, telah terjadi peningkatan serangan terhadap lansia Amerika keturunan Asia di AS, dengan lebih dari 20 kasus dilaporkan hanya dalam sebulan terakhir di California utara saja.

Baca Juga: Presiden Kolombia Ivan Duque Tawarkan Diri Disuntik vaksin COVID-19 AstraZeneca

Setelah berita tentang penembakan di Atlanta mulai beredar, begitu pula tagar ‘#StopAsianHate’. Harapan dari banyak aktivis, gerakan ini dapat menyoroti rasisme yang telah ada bahkan sejak sebelum pandemi.

Harapannya, kata banyak aktivis, adalah bahwa gerakan viral ini akan menyoroti rasisme yang sudah ada jauh sebelum pandemi dan bahkan lebih menonjol di AS saat ini.

Jooyoung Lee, seorang Profesor Sosiologi di Universitas Toronto mengatakan alasan utama mengapa rasisme anti-Asia terkadang luput dari perhatian adalah karena model mitos minoritas, yang menunjukkan bahwa beberapa orang Asia menyebabkan masalah dan penyakit, hal ini berpengaruh pada kelompok minoritas lain.***

Editor: Ayu Nida LF

Tags

Terkini

Terpopuler