Dubes AS dan China Bersitegang Mengenai Kasus Rasisme dalam Pertemuan PBB, AS Tuduh China Melakukan Genosida

20 Maret 2021, 16:01 WIB
Bendera AS dan China /Pixabay/Tumisu

KABAR BESUKI - Duta Besar Amerika Serikat untuk PBB, Linda Thomas-Greenfield yang merupakan wanita kulit hitam bersitegang dengan mitranya yang berasal dari China.

Ia mengatakan jika pengalamannya mengatasi rasisme merupakan sebuah tantangan, namun bagi jutaan orang di negara seperti China dan Myanmar rasisme itu mematikan.

Thomas-Greenfield mengatakan hal itu dalam acara pertemuan Majelis Umum PBB untuk menandai Hari Internasional Penghapusan Diskriminasi Rasial Jumat 19 Maret, waktu setempat.

Baca Juga: Mutasi Baru Virus Corona N439K, Ternyata Bukan Menjadi Prioritas untuk Diwaspadai Ini Penjelasannya!

"Rasisme sudah dan terus menjadi tantangan sehari-hari dimanapun kita berada. Dan bagi jutaan orang, ini lebih dari sekadar tantangan. Rasisme disana mematikan," katanya.

Ia juga melanjutkan dengan memberi contoh seperti Burma, dimana kaum Rohingya telah ditindas, dianiaya, dan dibunuh dalam jumlah yang mengejutkan.

"Atau di China dimana pemerintah telah melakukan genosida dan kejahatan terhadap kemanusaiaan kepada Uighur dan anggota kelompok etnis dan agama minoritas lainnya di Xinjiang," kata Thomas-Greenfield merujuk pada kejadian di wilayah barat laut China.

Menanggapi hal tersebut, Dai Bing selaku Wakil Duta Besar China untuk PBB mengatakan jika ia mengakui atas catatan hak asasi manusia negaranya yang tercela, namun Thomas-Greenfield tidak pantas mendikte negaranya.

Baca Juga: Besar Manfaat Daripada Efek Samping Buruk, WHO Mendesak Dunia Tetap Gunakan Vaksin AstraZeneca

Konflik tersebut menggarisbawahi ketegangan antara dua kekuatan ekonomi terbesar di dunia saat ini, sehari setelah Washington dan Beijing mengadakan pertemuan tingkat tinggi pertama.

"Jika AS benar-benar peduli dengan hak asasi manusia, mereka harus mengatasi masalah mendasar dari diskriminasi rasial, ketidakadilan sosial, dan kebrutalan polisi, di tanah mereka sendiri," kata Dai kepada 193 anggota Majelis Umum.

Thomas-Greenfield, membalasnya dengan mengatakan bahwa ia adalah keturunan budak dan ketika muda dulu seorang anak pernah bertanya kepadanya jika anak tersebut boleh menggunakan kata "N".

Baca Juga: Grand Master Catur Irene Kharisma Dituding Pansos dalam Kasus Dewa Kipas, Irene: Saya Ini Atlet, Bukan Artis

Kata yang dianggap tidak sopan ketika dibicarakan oleh orang-orang yang bukan kulit hitam.

Pembunuhan atas pria kulit hitam pada Mei 2020 lalu memicu demonstrasi besar-besaran di seluruh AS dan negara lainnya dalam menentang rasisme dan penyalahgunaan kekuasaan penegak hukum.

Kasus mengenai serangan penembakan di Atlanta, Georgia yang menewaskan delapan orang termasuk enam warga etnis Asia pun akhirnya dibicarakan dalam sidang umum tersebut.

"Kami memiliki kekurangan. Kekurangan yang sangat serius. Namun kami membahasnya. Kami bekerja untuk mengatasinya. Dan kami terus maju, agar negara bisa menjadi lebih baik dari sebelumnya," kata Thomas-Greenfield.

Baca Juga: Pengobatan Alternatif Kanker Payudara, Bolehkah? Berikut Penjelasan dan Syarat yang Harus Diperhatikan

Sebelumnya China dikutuk oleh banyak negara karena penindasan kaum Muslim Uighur dan minoritas lainnya di wilayah Xinjiang yang terpencil.

Tindakan tersebut digambarkan sebagai “pusat pelatihan kejuruan” untuk membasmi ekstremisme. Namun China menyangkal tuduhan tersebut. Dan mengatakan jika tidak ada "genosida" di Xinjiang.***

Editor: Ayu Nida LF

Sumber: REUTERS

Tags

Terkini

Terpopuler