Mengaku Sempat Ditahan, Wartawan BBC Dibebaskan di Myanmar saat Uni Eropa Siapkan Sanksi

23 Maret 2021, 12:10 WIB
Ilustrasi wartawan /Mmamontov/PIXABAY

KABAR BESUKI - Seorang wartawan BBC yang ditahan di Myanmar telah dibebaskan, kata penyiar itu pada Senin 22 Maret 2021, ketika para demonstran turun ke jalan untuk protes anti-kudeta baru terhadap militer.

Junta Myanmar telah melancarkan kekerasan mematikan terhadap pengunjuk rasa yang menentang penggulingan pemimpin sipil Aung San Suu Kyi oleh militer bulan lalu.

Tindakan keras itu telah mengundang kecaman internasional, dan Uni Eropa menjatuhkan sanksi pada 11 pejabat junta pada hari Senin, dengan Jerman mengutuk tingkat kekerasan sebagai hal yang sama sekali tidak dapat diterima.

 Baca Juga: Ramai di Twitter, Netizen Ungkap Kekesalan Atas Komentar Deddy Corbuzier dan Luna Maya Tentang Eating Disorder

Lebih dari 2.600 orang telah ditangkap dan 250 tewas sejak kudeta 1 Februari, menurut Assistance Association for Political Prisoners (AAPP), sebuah kelompok pemantau lokal yang telah memperingatkan korban jiwa bisa lebih tinggi.

Mr Aung Thura, seorang jurnalis dengan layanan BBC Burma, ditahan oleh pria berpakaian preman saat melaporkan di luar pengadilan di ibukota Naypyitaw Jumat lalu.

Penyiar itu mengkonfirmasi pada hari Senin dalam sebuah berita di situsnya bahwa dia telah dibebaskan, tetapi tidak memberikan rincian lebih lanjut.

 Baca Juga: Australia Berencana Mengizinkan Kembali Pelajar Asing, Setelah Pemasukan di Universitas Menurun

Seorang jurnalis kedua yang ditahan pada saat yang sama, Than Htike Aung dari outlet lokal Mizzima, masih ditahan.

Junta berusaha membendung arus berita tentang protes dan tindakan keras, mencabut izin media lokal independen, menyerbu ruang redaksi dan menangkap jurnalis.

Puluhan orang, termasuk guru, berbaris pada hari Senin melalui jalan-jalan menjelang fajar di Mandalay, kota terbesar kedua di negara itu, beberapa membawa plakat yang menyerukan intervensi PBB dalam krisis tersebut.

Mandalay telah menyaksikan beberapa kekerasan terburuk dari tindakan keras itu dan mencatat delapan kematian lagi pada Minggu, satu sumber medis mengatakan kepada AFP, menambahkan bahwa sebanyak 50 orang terluka.

 Baca Juga: Lekat dengan Pertanda Buruk, Sebenarnya Ini 5 Arti Mimpi Gigi Copot, Simak Ulasannya

Tembakan mesin terdengar hingga larut malam di seluruh kota berpenduduk 1,7 juta itu.

"Orang-orang sangat ketakutan dan merasa tidak aman sepanjang malam," kata seorang dokter kepada AFP melalui telepon. Dikutip Kabar Besuki dari Straits Times.

Untuk memprotes kebrutalan penindasan tersebut, sekelompok dokter di Mandalay menggelar demonstrasi membawa plakat dengan berbaris di jalan, Voice of Myanmar melaporkan.

Ada juga protes pagi hari di beberapa bagian Yangon, ibu kota komersial dan kota terbesar, di mana pengemudi membunyikan klakson untuk mendukung gerakan anti-kudeta.

 Baca Juga: Lionel Messi Turut Serta Torehkan Rekor Bersejarah Cetak Skor 6-1 di Laga Real Sociedad vs Barcelona

Penduduk di kota Hlaing Yangon melepaskan ratusan balon helium merah dengan poster yang menyerukan intervensi PBB untuk menghentikan kekejaman, menurut media lokal.

Keprihatinan internasional telah berkembang atas pendekatan brutal junta ketika jumlah korban tewas meningkat. Tapi sejauh ini, para jenderal hanya menunjukkan sedikit tanda-tanda mengindahkan seruan untuk menahan diri saat mereka berjuang untuk memadamkan kerusuhan.

 Baca Juga: Jurgen Klopp enegaskan kehilangan Liga Champions Tidak Terlalu Berarti Bagi Liverpool

Tetangga regional Myanmar juga telah mempertimbangkan, dengan Indonesia dan Malaysia menyerukan KTT darurat ASEAN yang beranggotakan 10 negara untuk membahas krisis tersebut.***

Editor: Ayu Nida LF

Sumber: The Straits Times

Tags

Terkini

Terpopuler