Perang Ukraina vs Rusia Makin 'Panas', Waspada Kenali Dampak Perang Bagi Psikologis Manusia

4 Maret 2022, 11:00 WIB
Perang Ukraina vs Rusia Makin 'Panas', Waspada Kenali Dampak Perang Bagi Psikologis Manusia (FOTO ILUSTRASI) /Pixabay /Defence-Imagery

KABAR BESUKI – Diketahui perang antara Ukraina vs Rusia kian hari makin memanas, dan sudah tewaskan ratusan korban jiwa.

Perang antar Negara tak hanya menyebabkan luka pada fisik manusia, namun menimbulkan dampak psikologis yang tak kalah pentingnya.

Peristiwa traumatis adalah pengalaman yang mengejutkan, menakutkan, atau berbahaya yang memengaruhi secara emosional.

Baca Juga: PBB Catat Sebanyak 227 Warga Sipil dan 525 Orang Luka-luka di Ukraina Selama Terjadi Konflik dengan Rusia

Selama perang, orang dapat terkena banyak peristiwa traumatis yang berbeda.

Itu meningkatkan kemungkinan mengembangkan masalah kesehatan mental seperti gangguan stres pascatrauma (PTSD), kecemasan, dan depresi dan hasil hidup yang lebih buruk sebagai orang dewasa.

Dalam beberapa konflik bersenjata yang disertai kekerasan, anak-anak dapat dipisahkan dari keluarga dan komunitas mereka oleh kelompok bersenjata.

Baca Juga: Nafsu Presiden Rusia Vladimir Putin dalam Menyerang Ukraina Meskipun di Sanksi Negara-negara Eropa

Selain trauma psikologis dan luka fisik, banyak mantan tentara anak menghadapi penolakan dari keluarga dan masyarakat setelah perang.

Invasi militer, berita kematian, dan bayangan masa depan yang tidak pasti pasti akan membuat siapa pun cemas, terutama orang-orang di negara yang bertikai.

Dalam sebuah penelitian yang dilakukan selama 15 tahun terakhir, telah terbukti bahwa orang-orang di zona perang lebih mungkin untuk menderita gangguan kecemasan yang dapat bertahan di masa depan sebagai efek psikologis dari perang.

Baca Juga: Rusia Siapkan Senjata Nuklir Imbas dari Pernyataan NATO yang Membuat Putin Tersinggung

Kemudian, efek psikologis perang tidak hanya berhenti pada trauma, tetapi juga dapat berkembang menjadi psikosis, skizofrenia dan gangguan mental berat lainnya.

Sebuah studi menyebutkan bahwa korban perang yang terjebak dalam situasi perang selama 12 tahun tanpa henti sebenarnya menunjukkan gejala gangguan skizoafektif hingga skizofrenia.***

Editor: Aliefia Rizky Nanda Herita

Sumber: nih.gov

Tags

Terkini

Terpopuler