Konflik tersebut menggarisbawahi ketegangan antara dua kekuatan ekonomi terbesar di dunia saat ini, sehari setelah Washington dan Beijing mengadakan pertemuan tingkat tinggi pertama.
"Jika AS benar-benar peduli dengan hak asasi manusia, mereka harus mengatasi masalah mendasar dari diskriminasi rasial, ketidakadilan sosial, dan kebrutalan polisi, di tanah mereka sendiri," kata Dai kepada 193 anggota Majelis Umum.
Thomas-Greenfield, membalasnya dengan mengatakan bahwa ia adalah keturunan budak dan ketika muda dulu seorang anak pernah bertanya kepadanya jika anak tersebut boleh menggunakan kata "N".
Kata yang dianggap tidak sopan ketika dibicarakan oleh orang-orang yang bukan kulit hitam.
Pembunuhan atas pria kulit hitam pada Mei 2020 lalu memicu demonstrasi besar-besaran di seluruh AS dan negara lainnya dalam menentang rasisme dan penyalahgunaan kekuasaan penegak hukum.
Kasus mengenai serangan penembakan di Atlanta, Georgia yang menewaskan delapan orang termasuk enam warga etnis Asia pun akhirnya dibicarakan dalam sidang umum tersebut.
"Kami memiliki kekurangan. Kekurangan yang sangat serius. Namun kami membahasnya. Kami bekerja untuk mengatasinya. Dan kami terus maju, agar negara bisa menjadi lebih baik dari sebelumnya," kata Thomas-Greenfield.
Sebelumnya China dikutuk oleh banyak negara karena penindasan kaum Muslim Uighur dan minoritas lainnya di wilayah Xinjiang yang terpencil.