Akibat Serangan Udara Junta Myanmar, Lebih dari 12.000 Orang Mengungsi dan Menyebabkan Krisis Kemanusiaan

- 3 April 2021, 17:40 WIB
Demonstran pro demokrasi
Demonstran pro demokrasi /REUTERS

"Kami telah menandatangani perjanjian gencatan senjata nasional Jika mereka mengikuti NCA, tidak ada alasan konflik terjadi," kata Zaw Min Tun.

Media lokal dan kelompok hak asasi etnis Karen telah melaporkan beberapa pemboman dan serangan udara di seluruh negara bagian selama beberapa hari terakhir.

Sekitar 3.000 orang melarikan diri ke negara tetangga Thailand pada hari Senin, menyeberangi Sungai Salween untuk mencari perlindungan. Tetapi sebagian besar kembali ke Myanmar pada Rabu, yang diklaim Thailand sebagai "sukarela".

Myanmar berada dalam kekacauan sejak militer merebut kekuasaan pada 1 Februari, memicu pemberontakan besar-besaran di seluruh negeri dengan pengunjuk rasa menuntut pemulihan pemerintah terpilih.

Arus informasi di negara itu juga telah terhambat, dengan junta memotong layanan wifi, data seluler dan memberlakukan pemadaman Internet setiap malam yang telah berlangsung selama hampir 50 hari.

Wilayah perbatasan Myanmar sebagian besar dikendalikan oleh berbagai kelompok etnis bersenjata yang telah lama menginginkan otonomi yang lebih besar.

Baca Juga: Atta Halilintar Resmi Nikahi Aurel Hermasyah, Thariq Halilintar: Seneng Tapi Sedih Kehilangan

Wilayah di negara bagian Kachin utara yang dikuasai oleh Tentara Kemerdekaan Kachin juga mengalami peningkatan aktivitas militer baru-baru ini.***

Halaman:

Editor: Yayang Hardita

Sumber: channelnewsasia


Tags

Terkini