Perdana Menteri Israel Netanyahu: Pengeboman Gaza Akan Terus Berlanjut dengan Kekuatan Penuh

- 17 Mei 2021, 12:55 WIB
Unggahan Benjamin Netanyahu.
Unggahan Benjamin Netanyahu. /Twitter/@netanyahu

KABAR BESUKI – Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan pemboman mematikan di Jalur Gaza akan terus berlanjut meskipun ada protes internasional dan upaya untuk menengahi gencatan senjata.

Dilansir Kabar Besuki dari Al Jazeera, Netanyahu mengatakan serangan udara Israel terus berlanjut dengan kekuatan penuh, ia menambahkan bahwa negaranya ingin memberikan pelajaran berharga kepada para penguasa Hamas di Gaza agar tidak seremehkan Israel.

Menurut otoritas kesehatan di Gaza, serangan udara Israel di Kota Gaza meratakan tiga bangunan dan menewaskan sedikitnya 42 orang pada Minggu pagi.

Baca Juga: Akhirnya Terungkap Alasan Mengapa Negara-negara Arab Terkesan Cuek Saat Palestina Digempur Israel

Kekerasan pertempuran ini terburuk sejak perang 2014 yang menghancurkan di Gaza.

Serangan udara menghantam jalan pusat kota yang sibuk dari bangunan tempat tinggal dan etalase toko selama lima menit tepat setelah tengah malam, menghancurkan dua bangunan yang berdekatan dan satu lagi sekitar 50 meter di jalan.

Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan 16 wanita dan 10 anak termasuk di antara mereka yang tewas, dengan lebih dari 50 orang terluka, dan upaya penyelamatan masih dilakukan.

Sebelumnya, militer Israel mengatakan telah menghancurkan rumah pemimpin tertinggi Hamas di Gaza, Yahiyeh Sinwar, dalam serangan terpisah di kota selatan Khan Younis.

Baca Juga: Profesor di Belanda Latih Lebah untuk Deteksi Infeksi COVID-19, Hasil Tes Hanya dalam Hitungan Detik

Israel tampaknya telah meningkatkan serangan udara dalam beberapa hari terakhir untuk menimbulkan kerusakan sebanyak mungkin pada Hamas saat mediator internasional bekerja untuk mengakhiri pertempuran.

Kementerian Kesehatan Gaza, setidaknya 192 orang telah tewas dan 1.200 lainnya luka-luka di sana sejauh ini.

Roket yang ditembakkan ke Israel oleh kelompok Palestina di Gaza, termasuk Hamas dan Jihad Islam, telah menewaskan 10 orang Israel.

Tidak hanya itu beberapa hari yang lalu media juga menjadi sasaran rudal Israel.

Netanyahu pun berpendapat bahwa ia menolak rentetan kritik terhadap pemboman Israel terhadap gedung bertingkat tinggi yang menampung kantor media asing, termasuk Al Jazeera , di Gaza.

Baca Juga: Jelang Olimpiade Tokyo, Lebih dari 80 Persen Warga Jepang Menentang Pelaksanaannya atau Harapkan Penundaan

Berbicara kepada CBS's Face the Nation, perdana menteri mengklaim bahwa gedung tersebut menampung kantor intelijen untuk organisasi teroris Palestina [Hamas] yang merencanakan dan mengatur serangan teror terhadap warga sipil Israel.

Dia tidak menunjukkan bukti apa pun dari klaimnya tetapi mengatakan itu adalah target yang sangat sah.

Ditanya apakah dia telah memberikan bukti kehadiran Hamas di gedung tersebut dalam panggilan telepon dengan Presiden AS Joe Biden, Netanyahu mengatakan telah menyebarkan intelijen ke tempat itu.

"Kami menyebarkannya melalui orang-orang intelijen kami,” ujar Netanyahu.

Baca Juga: Sinopsis Racket Boys Tayang di SBS dan Netflix Mulai 31 Mei 2021: Drama Korea tentang Bulu Tangkis

“Kami menargetkan organisasi teroris yang menargetkan warga sipil kami dan bersembunyi di belakang mereka, menggunakan mereka sebagai perisai manusia," sambungnya.

Menara al-Jalaa, yang juga menjadi kantor kantor berita AS Associated Press (AP) dan outlet lainnya, dihancurkan oleh serangan angkatan udara Israel pada hari Sabtu.

Asosiasi Pers Asing (FPA) di Israel dan Wilayah Palestina sebelumnya mempertanyakan komitmen Israel terhadap pers bebas setelah penghancuran gedung tersebut.

Dikatakan dalam sebuah pernyataan tentang bahwa keputusan untuk menghancurkan gedung selama pertempuran antara Israel dan Hamas menimbulkan pertanyaan yang sangat mengkhawatirkan tentang kesediaan Israel untuk mengganggu kebebasan pers untuk beroperasi.

Baca Juga: Terbongkar Ternyata Dirinya Seorang Pegulat dan Pernah Berkelahi, Anies Baswedan: Saya Kebal dengan Kritikan

“Kami mencatat bahwa Israel belum memberikan bukti apa pun untuk mendukung klaimnya bahwa bangunan itu digunakan oleh Hamas," kata Asosiasi tersebut.

Asosiasi tersebut mengatakan telah meminta pertemuan dengan pejabat Israel atas insiden tersebut. FPA mengatakan memiliki 480 anggota yang bekerja untuk media internasional.

Organisasi non-pemerintah internasional Reporters Without Borders (RSF) juga mengutuk serangan terhadap gedung tersebut, dengan direktur eksekutif Christian Mihr mengatakan bahwa itu tidak dibenarkan tidak peduli apakah Hamas menggunakannya atau tidak.

Baca Juga: Arab Saudi Cabut Aturan Karantina Bagi Pengunjung Asing yang Sudah Divaksin dan Pernah Terinfeksi Covid-19

“Menyatakan kantor media sebagai target perang adalah kejahatan perang,” tulis Mihr di Twitter.***

Editor: Yayang Hardita

Sumber: Aljazeera


Tags

Terkini