Sementara itu, pejabat Israel mengatakan pemadaman listrik di Gaza adalah akibat roket Hamas yang ditembakkan ke Israel dan kemudian merusak saluran listrik di Jalur tersebut.
Ratusan orang berkumpul di luar kantor perdana menteri di Yerusalem pada hari Rabu untuk menuntut kembalinya tentara dan warga sipil yang hilang sebagai syarat gencatan senjata dengan Hamas.
Sementara itu, pekan lalu, seorang pejabat militer yang menolak disebutkan namanya mengatakan Gaza hanya memiliki listrik lima jam sehari karena meningkatnya konflik antara Hamas dan Israel.
Padahal, yang sudah kita tahu bahwa rata-rata listrik di Gaza sebelum pertempuran adalah 16 jam sehari.
Kurangnya listrik sebagian karena penutupan Israel atas penyeberangan Kerem Shalom, di mana Gaza menerima sebagian besar bahan bakarnya, beberapa di antaranya digunakan untuk pembangkit listrik di Jalur itu.
Selain itu, menurut dari The Guardian, enam dari sepuluh saluran listrik Gaza telah diputus dan pasokan telah diputus lebih dari setengahnya. Bahkan, ada beberapa daerah yang mati total listriknya.***